Dari SANTRI. NET
BAGIAN 1
BAGIAN 1
أَلاَ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ شَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.
” Ingatlah, berhati-hatilah kalian, jangan membuat hal-hal baru. Karena perkara yang paling jelek adalah membuat hal baru . Setiap perbuatan baru adalah bid’ah. Dan semua bid’ah itu sesat.” (HR Ibnu Majah)
Mengkaji bid`ah sama artinya dengan mengkaji hadits ini, hadits yang sering dijadikan andalan sebagian orang untuk saling menuduh bid`ah dan melarang segala bentuk hal baru yang tidak dilakukan di zaman Rasul Saw.
Yah.. tak heran karena jika dilihat sepintas hadits ini menyatakan bahwa semua hal baru ( bid’ah ) adalah sesat. Maka banyak orang menganggap muslim yang taat harus harus memiliki sifat alergi pada hal-hal baru. Pandangan seperti ini bukan hanya dilontarkan oleh orang-orang yang membenci Islam, bahkan mereka yang mengaku sebagai pembela Islam banyak yang melontarkan pendapat ini. Saking alerginya dengan hal baru, setiap ada hal-hal yang mereka anggap tak pernah ada di zaman rasul, tak segan-segan mereka nyatakan sebagai bid’ah. Maulid bid’ah, Tahlilan bid’ah, Shalawat Badar bid`ah, bid`ah, bid`ah dan bid`ah.. yang lebih mengherankan diantara mereka masih ada yang menyatakan bahwa speaker, Tape, Radio sampai celana panjang dan sendok sebagai bid`ah yang menyesatkan. Maka lengkaplah sudah titel jumud dan terbelakang disandang oleh umat islam. Herannya ulama-ulama seperti ini malah merasa bangga dengan titel terbelakang ini, merasa terhormat dengan keterasingannya dan pendapat-pendapatnya yang syadz (asing). Mereka menyangka dirinya adalah ghuraba` (orang-orang asing) yang disebut Rasul dalam haditsnya :
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“ Islam dimulai dalam keterasingan dan akan kembali asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing” (HR Muslim)
Akan tetapi lupa sabda Rasul :
إِنَّ أُمَّتِى لَنْ تَجْتَمِعَ عَلَى ضَلاَلَةٍ فَإِذَا رَأَيْتُمُ اخْتِلاَفًا فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ الأَعْظَمِ. سنن ابن ماجه
“Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat atas kesesatan, jika kalian melihat pertentangan maka ikutilah kelompok terbesar” (HR Ibnu Majah)
Mereka merasa telah membela Islam padahal karena sebabnya umat Islam terpecah saling tuduh bid`ah satu sama lain. Mereka merasa telah menyeru kepada islam padahal sebenarnya mereka membuat orang lari dari Islam.
Bukan ini yang dimaksud Rasul dalam haditsnya, justru beliau menganjurkan umatnya untuk membuat inisiatif dan bersikap kreatif dalam melakukan kebaikan(1), Rasulullah saw bersabda:
من سن في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيء ومن سن في الإسلام سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيء
“Barangsiapa yang menciptakan satu gagasan yang baik dalam islam, maka dia memperoleh pahalanya dan juga pahala orang yang melaksanakanya dengan tanpa dikurangi sedikitpun. Dan barangsiapa yang menciptakan satu gagasan yang jelek dalam islam, maka dia akan terkena dosanya dan juga dosa orang-orang yang melaksanakanya dengan tanpa dikurangi sedikitpun” (HR Muslim)
Atas dasar inilah para sahabat, thabiin dan para ulama salaf berani untuk menciptakan hal-hal baru dalam agama yang tidak dilakukan oleh Rasul, tentunya setelah melakukan pertimbangan yang sangat matang dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah yang ada dalam Islam.
Bersambung ke bag 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar