Sabtu, 11 Juni 2016

Ibunda Sitti Fathimah Azzahra-ra

Sitti Khadijah ra, ibunda Sitti Fathimah Azzahra' ra, adalah seorang wanita keturunan salah satu suku yang paling terkemuka di Jazirah Arabia, suku Qureisy. Ayahnya bernama Khuwailid bin Asad bin Abdil Uzza bin Qushay. Silsilahnya bertemu dengan silsilah Rasulallah saw pada datuk mereka yang bernama Qushay, induk semua anak suku Qureiys.
Khuwailid terkenal keberaniannya ketika ia menantang Raja Tubba yang hendak memboyong HAJAR ASWAD ( Batu Hitam ) dari Makkah ke Yaman. Meskipun Raja Tubba mempunyai pasukan kuat, tetapi Khuwailid tetap teguh mempertahankan benda suci lambang agama orang-orang Qureiys itu. Keberanian dan keteguhan tekad Khuwailid yang dilandasi kecintaan kepada 

" AGAMA " yang dianutnya, tampak diwarisi oleh Sitti Khadijah ra. Hal ini tercermin dengan jelas ketika ia dengan penuh kasih sayang dan pengertian yang mendalam, menyambut kedatangan suaminya, Muhammad bin Abdullah saw, sehabis menerima wahyu pertama di Gua Hira.
Ibunda Sitti Khadijah bernama Fathimah binti Zaidah bin Al-Asham dari Bani 'Amir bin Qushay bin Ghalib. Dari silsilah yang bersih itu, Sitti Khadijah ra memperoleh kemuliaan tinggi. Ia terlindung dari noda kekotoran Jahiliyah, dan kehormatannya terpelihara baik dari segala sifat rendah yang dapat memerosotkan martabatnya. Sedemikian besar inayat Ilahi yang diberikan kepada Sitti Khadijah ra, sehingga ia disebut orang dengan " As-Sayyidah At-Thahirah "
" wanita suci ".
Sitti Khadijah ra dibesarkan dalam lingkungan keluarga keturunan baik-baik dan diperkaya dengan sifat serta akhlak terpuji dan luhur. Karena itu tepat jika dikatakan bahwa Sitti Khadijah ra adalah seorang wanita sempurna. Sebab di samping memiliki paras yang cantik dan bentuk tubuh yang indah ia juga mempunyai kecerdasan berfikir, ketajaman firasat dan budi pekerti utama. Pandangannya yang jauh ke depan dapat memahami dengan cermat akibat yang akan ditimbulkan oleh suatu kejadian. 
Sitti Khadijah ra menempati kedudukan yang tinggi baik dilihat dari asal keturunannya, ketinggian akhlaknya, maupun kekayaan materinya. Ia berdarah Qabilah yang terhormat dan disegani oleh seluruh orang Arab. Dan ia juga termasuk wanita terkaya di Makkah pada waktu itu. Kekayaannya itu diperoleh berkat kerajinan dan keulitannya berniaga. Dari usaha-usahanya yang dijalankan dengan jujur, tampak jelas sifat-sifat peribadinya yang baik sekali. Itulah antara lain yang mengangkatnya dalam kedudukan sangat terpandang pada masa Jahiliyah. Ia terkenal oleh lingkungannya sebagai mutiara yang sangat tinggi nilainya.
Putera paman Sitti Khadijah ra yang bernama Waraqah bin Naufal, dikenal sebagai seorang ilmuwan yang mendalami kitab-kitab Yahudi dan Nasrani. Timbulnya hasrat Waraqah untuk mempelajari kitab-kitab itu ialah karena ia tidak dapat menerima penyembahan berhala yang dilakukan oleh orang-orang Arab pada masa itu. Hatinya tergerak untuk berusaha mencari agama yang benar dan dapat diterima oleh fikiran dan hati nuraninya. 
Waraqah inilah orang yang menyampaikan berita kenabian kepada Muhammad saw setelah mendengar berita tentang turunnya Wahyu di Gua Hira. Berkatalah ia waktu itu kepada Rasulallah saw:
" Sesungguhnya engkau akan menjadi seorang
Nabi yang besar. Agamamu akan lahir dan tersebar di seluruh dunia. Akan tetapi mulai sekarang engkau akan mengalami perlakuan yang kasar dari kaummu, sebab engkau akan mengalihkan mereka dari agama yang mereka anuti turun-temurun kepada agama lain. Apa yang hendak kaulakukan itu adalah tugas yang berat. Engkau akan dimusuhi bahkan akan dikeluarkan dari negerimu, namun ALLAH akan menolongmu. "
Setelah berhenti sejenak, sambil memandang suami sepupunya itu, Waraqah menutup kata-katanya yang masyhur itu dengan ucapan:
" Jika sekiranya Allah swt memberiku umur panjang dan hidup mengalami masa kenabianmu, engkau pasti akan kuberi pertolongan sepenuhnya, hai Muhammad! "
Dengan seorang saudara sepupu yang berpengalaman luas tentang soal-soal keagamaan, dan dengan seorang ayah yang memiliki keberanian mempertahankan agama, tepat benarlah jika Sitti Khadijah ra menjadi isteri Rasulallah saw. Ia terpilih sebagai isteri manusia agung, isteri seorang Nabi yang dijunjung tinggi oleh ummatnya. Bukan karena kekayaannya yang melimpah-ruah, juga bukan karena kecantikannya yang menggiurkan, tetapi karena keluhuran budi pekertinya. Ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang berwatak setia pada agama.
Sejak masa sebelum Islam, yaitu pada masa bangsa Arab masih berada dalam kegelapan diselubungi oleh kehidupan jahiliyah, Sitti Khadijah ra sudah mendapat penamaan sebagai " Syyidah Nisa 'i
Qureiys ", yang ertinya
" Wanita Qureiys Terkemuka " .
Sebelum menjadi isteri Muhammad saw ia pernah dua kali bersuami. Suami yang pertama bernama Abu Halah bin Zararah. Suami yang kedua bernama 'Atiq bin 'Abid Al-Makhzumi.
Dari perkahwinannya dengan Abu Halah, ia melahirkan seorang putera bernama Hindun.
( menurut kebiasaan Arab, nama " Hindun " dapat dipergunakan bagi pria atau wanita ). Dalam perkembangan sejarah selanjutnya Hindun putera Abu Halah ini kemudian memeluk Islam dan langsung mengikuti pertumbuhannya. Al-Husain bin 'Ali ra, cucu Rasulallah saw, pernah mengatakan bahwa Hindun terkenal sebagai orang yang pandai sekali menceritrakan sejarah perkembangan Islam dengan segala kebesarannya. Ia pandai pula melukiskan keluhuran dan keagungan budi pekerti Rasulallah saw.
Dengan kebanggaan yang cukup beralasan, Hindun sering mengatakan: " Dilihat dari sudut ayah, ibu dan saudara-saudara lelaki dan perempuanku, maka aku ini adalah orang yang mulia...Ayah tiriku adalah Rasulallah saw, sedangkan Gasim ( putera Rasulallah ) adalah saudaraku. Semuga Allah selalu memberkahi mereka. "
Hindun putera Sitti Khadijah ra ini, turut serta dalam peperangan bersejarah di Badr. Ia gugur dalam " Perang Unta " ("Waqatul Jamal") sebagai prajurit Imam
'Ali krw, ketika bertempur melawan pasukan Thalhah dan Zubair.
Dari suami yang kedua yaitu 'Atiq bin 'Abid Al-Makhzumi, Sitti Khadijah ra memperoleh seorang anak perempuan yang juga diberi nama Hindun,
Hindun ( perempuan ) ini hidup diberkahi Allah dengan nikmat Iman dan Islam. Ia termasuk salah seorang wanita sahabat Rasulallah saw.
Pengungkapan sekelumit kesah tentang putera dan puteri Sitti Khadijah ra dari suaminya terdahulu, yakni sebelum nikah dengan Nabi Muhammad saw, adalah sekadar untuk memberi gambaran agak lengkap tentang riwayat seorang wanita isteri junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw. Oleh sementara penulis sejarah, hal ini agak diabaikan. Mereka berdalih bahwa kemuliaan yang diperolehi Sitti Khadijah ra hanya sejak ia menjadi isteri Rasulallah saw. Karena itulah dua orang anak yang bernama Hindun dari suami Sitti Khadijah ra sebelumnya hampir tidak dikenal.
Setelah suami yang kedua meninggal, Sitti Khadijah ra yang masih cukup muda dan berparas cantik itu tidak sedikit menghadapi
lamaran-lamaran yang datang dari para pemuka dan tokoh Qureiys. Semua lamaran itu ditolak. Tak seorang pun di antara para pelamar itu yang berkenan di hatinya. Tidak ada bangsawan Qureiys yang berhasil mempersunting wanita terhormat dan terkemuka itu.
Tetapi setelah bertemu dengan Muhammad bin 'Abdullah, dan dikenalnya sebagai pemuda yang lurus, jujur serta dapat dipercaya penuh menjalankan perniagaannya, ia sangat kagum. Pemuda itu segera memperolehi tempat di hatinya. Demikianlah proses kehidupannya sebagai wanita yang mendapat karunia Allah. Hidup mendampingi Nabi Muhammad saw selama dua puluh lima tahun. 15 tahun sebelum bi'tsah dan sepuluh tahun sesudah itu.
http://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com
abdkadiralhamid@2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar