Kamis, 26 Mei 2016

Potensi dan Mineral Ikutan pada Lapangan Panas Bumi di Dataran Tinggi Dieng

Cadangan energi panas bumi yang ada di Dataran Tinggi Dieng sebesar 400 megawatt. Dari potensi tersebut yang sudah dieksplorasi dan menghasilkan listrik sebesar 60 MW (PT GEO DIPA ENERGI)
Sebagai sebuah sistem hydrothermal, panas bumi mengandung
berbagai macam mineral dalam kadar yang bervariasi. Mineral yang terkandung dalam panas bumi antara lain: silika, seng, strotium, rubidium, lithium, potasium, magnesium, timah hitam, mangan, tembaga, boron, perak, tungsten, emas, secium, dan barium. Pemanfaatan mineral ikutan yang terkandung dalam panas bumi ini dapat dilakukan secara komersial oleh pemegang IUP atau pihak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG) Badan Geologi Kementerian ESDM telah melakukan penelitian terhadap mineral ikutan pada lapangan panas bumi di Dataran Tinggi Dieng, wilayah yang terletak 26 km di sebelah utara Kota Wonosobo yang secara geografis berada di antara 7°11’00” LS - 7°14’00” LS dan 109°51’00” BT - 109°54’30” BT. Secara administratif, wilayah tersebut sebagian besar masuk ke dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara, dan sebagian lagi masuk wilayah Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.
Potensi Lapangan Panas Bumi Dataran Tinggi Dieng
Dataran tinggi Dieng (Dieng Plateau) merupakan sebuah komplek gunung berapi, berbentuk dataran luas dengan panjang kurang lebih 14 km, lebar 6 km dan memanjang dari arah barat daya - tenggara. Dieng Plateau berasal dari gunungapi tua (Gunung Prau) yang mengalami penurunan drastis (dislokasi) oleh patahan arah barat laut dan tenggara. Pada bagian yang amblas muncul gunung-gunung kecil yaitu: Gunung Alang, Gunung Nagasari, Gunung Panglimunan, Gunung Pangonan, Gunung Gajahmungkur dan Gunung Pakuwaja.
Secara geologi regional daerah Komplek Gunungapi Dieng ditutupi oleh endapan berumur Kuarter berupa aliran lava, piroklastik, endapan phreatik, endapan lahar, endapan permukaan, dan hasil erupsi Gunung Sundoro. Menurut R Sukhyar (1986), endapan tersebut dapat dibagi menjadi 5 endapan berdasarkan sumber erupsinya dengan urutan muda ke tua terdiri dari:
a. Endapan Permukaan;
b. Endapan Dieng Muda;
c. Endapan Dieng Dewasa;
d. Endapan Dieng Tua;
e. Hasil Erupsi Gunungapi Sundoro.
Panas Bumi di daerah ini telah diusahakan oleh PT Geo Dipa Energi untuk pembangkit tenaga listrik, dengan kapasitas 1 x 60 Mwe yang dijual ke PLN dan telah terintegrasi dalam sistem jaringan interkoneksi Jawa Madura Bali. Sementara sebagian besar potensi lainnya hingga kini belum dimanfaatkan.
Analisis conto yang telah dilakukan oleh PT Geo Dipa Energi pada brine dan limbah padatan brine (slurry), diketahui brine mengandung mineral besi terlarut (Fe), mangan terlarut (Mn), seng, merkuri, timbal, arsen, dan sianida. Sementara slurry mengandung mineral arsen, barium, boron, cadmium, kromium, tembaga, timbal, air raksa, selenium, perak, seng dan silika.
Penelitian Mineral pada Lapangan Panas Bumi Dataran Tinggi Dieng
Penelitian dilakukan dengan mengambil conto batuan, brine, limbah padatan brine berupa slurry, slurry gel, lumpur kawah dan air panas untuk mengetahui potensi dan peluang pemanfaatan mineral ikutan pada lapangan dan manisfestasi panas bumi. Hasil analisis umumnya menunjukan kandungan Cu, Pb, Zn, Ag, Cd, As, Sb, Au, Hg pada batuan tidak memperlihatkan nilai yang signifikan kecuali pada 1 conto kandungan Cu mencapai 564 part per million (ppm) dan Hg lebih dari 2350 part per billion (ppb) pada beberapa conto.
Kandungan unsur tembaga(Cu), timbal(Pb), seng(Zn), dan emas(Au) pada batuan tidak menunjukan nilai yang signifikan. Hanya 1 conto lempung yang berasal dari Kawah Candradimuka menunjukan kandungan Cu 564 ppm, dan Hg dari ketiga kawah dapat mencapai ribuan ppb.
Yang menarik adalah kandungan emas (Au) pada limbah padatan (slurry) dari Sumur 7C, menunjukan kandungan sebesar 1273 ppb. Sementara kandungan emas dari conto slurry dan slurry gel dari sumur lainnya bervariasi antara 99 ppb – 678 ppb. Apabila produksi slurry pada kawasan tersebut diperkirakan mencapai 165 ton/bulan, dan kandungan rata-rata emas adalah 0,477 ppm, maka dapat dihasilkan logam emas sekitar 78,7 gram/bulan.
Selain unsur yang disebut di atas, boron merupakan unsur yang juga dapat diperoleh dari air panas bumi. Boron merupakan bahan industri (pembuatan serat gelas yang dijadikan insulasi, dsb), namun boron juga merupakan salah satu unsur pencemar lingkungan. PP no. 82 tahun 2001 menyebutkan bahwa konsentrasi boron maksimal adalah 1 mg/l. Dari sisi kesehatan, boron berfungsi untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi tubuh dalam penggunaan mineral kalsium dan magnesium. Campuran neodymium dengan boron dan iron juga digunakan untuk membuat magnet permanen pada komputer, telephon, peralatan musik, dan lainnya.
Dengan menggunakan diagram segitiga dapat diketahui bahwa air kawah Sileri, Sikidang dan Candradimuka tersusun oleh anion utama SO4, sehingga dapat dikatagorikan sebagai tipe air panas sulfat. Penelitian yang pernah dilakukan bahwa air kawah yang mengandung sulfat dengan menambahkan batu kapur (CaCO3) dapat menghasilkan gipsum sintetis.
Brine, slurry, slurry gel, air panas dan batuan dari lapangan atau manifestasi panas bumi, merupakan sumber mineral yang berpotensi untuk diusahakan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengindentifikasi kuantitas dan kualitas mineral tersebut. Namun, harus diperhatikan bahwa mineral-mineral yang terkandung dalam brine, slurry, slurry gel, dan air panas selain dapat dimanfaatkan, juga berpotensi sebagai pencemar lingkungan. (KO)
esdm.go.id
*) Dipresentasikan dalam Kolokium Badan Geologi, Kementerian ESDM, Bandung, 3-4 Februari 2010





































































































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar