Sabtu, 11 November 2017

Islam disebut Rahmatan Lil 'Alamiin.

Dari Group MAJLIS RASULULLAH

Oleh HABIB HUSEN BIN ALI ALMUHDHOR

Rasulullah SAW sayyidina Muhammad yang kita ikuti adalah orang yang mampu mendamaikan beberapa pemimpin kabilah di mekkah, yang bertikai karena masing-masing merasa berhak untuk meletakkan hajar aswad setelah renovasi ka'bah saat itu.
Rasulullah SAW sayyidina
Muhammad, Rasulullah yang kita teladani itu, adalah orang yang mempersaudarakan kaum muhajirin (pendatang dari mekkah) dengan kaum anshar (pribumi/asoe lhok) di madinah. Lebih dari itu, sayyidina Muhammad mempersatukan dua suku besar Madinah, 'Aus dan Khazraj, yang sekian lama bertikai akibat politik devide et impera yang dijalankan Yahudi kala itu.

Sayyidina  Muhammad, Sang Kekasih yang kita cintai itu, adalah manusia agung yang menjadikan rumah musuh bebuyutannya, Abu Sufyan, yang berkali2 berperang hidup mati dengannya, sebagai tempat yang aman bagi kafir Quraisy ketika fathu mekkah, waktu itu ia memberi pengumuman "barang siapa yang bersembunyi di rumah Abu Sofyan, maka ia akan aman." Sungguh sebuah penawaran rekonsiliasi yang indah bukan? Bahkan diceritakan, Abu Sufyan sampai meleleh air matanya.

Sayyidina Muhammad dicaci oleh seorang yahudi pengemis yang lemah, tapi ia senantiasa datang menyuapinya makanan dengan cara yang sungguh lembut. Sayyidina Muhammad pernah dilempari batu oleh kaum thaif, tapi ketika malaikat datang menawarkan azab kepada orang2 thaif, Beliau menolaknya, "jangan, mereka tidak tahu, kalau mereka tahu, pasti mereka tak akan begitu." Itu adalah bukti bahwa perjuangan sayyidina Muhammad bukanlah untuk melestarikan dendam dan kebencian.

Saban tahun kita menyelenggarakan maulid, merayakan kelahiran sang kekasih tercinta, namun tak kita serap saripati perjuangannya, tak kita ambil inspirasi dari metode yang dijalankannya, yang ada kita semakin rajin menyuburkan  kebencian2. Alih2 mengupayakan titik temu, lebih sering kita mencari-cari, men-"tajassasu" kekurangan2 kelompok lain, lalu kita pertentangkan nyaris tanpa jeda.

Pahitnya, hal itu bahkan kita lakukan di dalam rumah kita sendiri, keluarga besar ummat Islam, yang kita tahu sama2 menyembah Allah, sama2 mengikuti risalah Muhammad. Hanya karena berbeda cara menafsirkan, kita terjebak untuk terus bermusuhan. 

Padahal, harusnya ummat Islam lah yang paling tahu cara berdamai dan mendamaikan, karena itulah yang membuat Islam layak untuk memegang tongkat kepemimpinan dunia. Kemampuan berdamai dan mendamaikan itu,  mutlak dibutuhkan untuk mengelola dunia yang penuh dengan perbedaan-perbedaan dan segala potensi pertikaian. Karena itu pula Islam disebut Rahmatan Lil 'Alamiin.

#Renungan Tahun Baru Hijrah menuju Maulid.
#Copas dari status Bang Aiyub Bustamam.

اللهم صل وسلم على سيدنا و مولانا محمد..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar