Kunci Kesuksesan Dakwah di Muka Bumi
Limpahan
puji kehadirat Allah Yang berhak dipuji, yang dengan memuji-Nya terangkatlah
hamba-Nya kepada cahaya keterpujian di dunia dan akhirah. Allah subhanahu
wata’ala tidak membutuhkan pujian namun Allah mencintai hamba yang memuji-Nya,
karena pujian muncul dari cinta, semakin banyak seseorang memuji Allah maka itu
merupakan bukti bahwa ia semakin banyak mencintai Allah, dan jika ia mencintai
Allah maka itu adalah bukti bahwa Allah mencintai-Nya, jika ia rindu kepada
Allah maka itu adalah bukti bahwa Allah juga rindu kepadanya, sebagaimana sabda
pemimpin dan idola kita sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
manusia yang paling sopan dan ramah, makhluk yang paling indah, manusia yang
paling banyak tersenyum, yang selalu menghibur tamu-tamu dan semua orang dengan
senyumannya, dan senyumnya meruntuhkan kesedihan orang yang melihatnya,
sehingga dikatakan oleh sayyidina Anas bin Malik RA di dalam Shahih Al Bukhari
:
مَا رَأَيْنَا مَنْظَرًا أَعْجَبَ مِنْ وَجْهِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Tidak
pernah kami melihat suatu pemandangan yang lebih menakjubkan dari wajah sang
nabi (Muhammad Saw)”
Semoga
Allah memuliakan penglihatan kita dengan memandang indahnya wajah sang nabi di
dunia, di barzakh dan di akhirah, wahai Yang Maha Mendengar dan Yang selalu
bersama kami di dunia, di barzakh, dan di akhirah, Yang Maha dekat kepada
setiap hamba-Nya, dan telah mengirimkan kabar kepada sang nabi bahwa Dialah
Yang Maha Dekat kepada setiap hamba-Nya, dengan firman-Nya:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي
قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي
وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
(البقرة:
186 )
“
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka
sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia
berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku, agar mereka
memperoleh kebenaran ” ( QS. Al Baqarah: 186 )
Jika
hamba-hamba Allah menyeru-Nya maka dijawab oleh Allah, namun jawabannya bukan
dengan suara tetapi dengan pahala. Kita hanya bisa mengeluarkan suara,
keinginan, harapan dan cita-cita, dan Allah membalasnya paling sedikit dengan
pahala, namun bisa ditambah pula dengan pengabulan doa bahkan bisa ditambah
lebih dari yang kita minta, karena Allah telah memberi sebelum kita meminta.
Berjuta-juta hajat yang tidak kita ketahui telah Allah berikan sebelum kita
memintanya. Bukankah bergerak adalah hajatmu?, bukankah melirik ke kanan atau
ke kiri itu juga hajatmu? kesemua itu adalah hajat kita namun kita tidak perlu
meminta izin kepada Allah untuk melakukannya dan kita tidak menciptanya
sendiri, Allah Yang telah menciptakan kita dari seekor sel menjadi tubuh ini
bisa melihat dan bisa mendengar, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala
berfirman :
قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ
لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ
(الملك:
23 )
“
Katakanlah, “Dialah yang menciptakanmu dan menjadikan pendengaran, penglihatan
dan hati nurani untukmu, (tetapi) sedikit sekali yang bersyukur ” (QS. Al Mulk:
23)
Namun
ada juga manusia yang terlahir tidak bisa melihat, akan tetapi hatinya tetap
diberi penglihatan oleh Allah subhanahu wata’la. Bahkan ada orang yang matanya
bisa melihat namun hatinya tertutup, atau ia menutup dirinya dari melihat
keluhuran Allah, padahal Allah Maha Dekat kepada yang buta hatinya atau yang
buta matanya, Allah Maha Dekat kepada semua hamba-hambaNya. Tidak ada yang
lebih dekat denganmu selain tuhanmu, namun kedekatan-Nya tanpa jarak, Allah
subhanahu wata’ala jauh tanpa jarak dan dekat tanpa sentuhan bahkan lebih dekat
daripada sentuhan. Allah “dekat”berarti Allah menawarkan kelembutan dan
kedekatan-Nya, dan bukan lagi ditawarkan bahkan dikenalkan bagi siapa yang
menginginkan dekat dengan Allah, maka Allah telah mengatakan “Aku Dekat” , siapa yang ingin mengatakan
kepada Allah : “wahai Allah, aku dekat kepada-Mu dengan doa, amal dan
istighfar namun kesemua itu mustahil bisa membuatku dekat kepada-Mu kecuali
dengan kehendak-Mu, namun ketika aku telah mendengar firman-Mu bahwa Engkau
Maha Dekat, maka karena itulah aku berani memohon kepada-Mu kedekatan”, karena Engkau telah
berfirman kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي
قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي
وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
(
البقرة: 186 )
“
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka
sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia
berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku, agar mereka
memperoleh kebenaran ” ( QS. Al Baqarah: 186 )
Maka
dengan firman-Mu itulah kami memohon kedekatan kepada-Mu, yang telah Engkau
janjikan kepada kami kedekatan berupa pengampunan-Mu, kasih sayang-Mu, dan
kelembutan-Mu. Wahai Allah berikan kepada kami kedekatan yang hakiki kepada-Mu.
Hadirin
hadirat yang dimuliakan Allah
Ketika seseorang mendekat dengan Allah maka ia akan semakin asyik dengan Allah,
ia semakin tidak terganggu dan risau dengan musibah, tidak pula terganggu
dengan kenikmatan karena telah merasakan hakikat kenikmatan yang lebih dari
kenikmatan surga, hal itu ia rasakan di dunia sebelum di surga. Ia akan
merasakan kelezatan dzikir jauh lebih nikmat daripada surga beserta isinya.
Getaran jiwa yang rindu kepada Allah sungguh sangat indah bahkan lebih indah
dari surga, karena rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ
لِقَاءَهُ
“
Barangsiapa yang rindu bertemu dengan Allah maka Allah juga rindu bertemu
dengannya ”
Jika
seseorang telah dirindukan perjumpaannya oleh Allah subhanahu wata’ala maka
surga dan segala isinya sangatlah pasti ia dapatkan. Seseorang yang telah
dirindukan oleh Allah maka siang dan malamnya penuh dengan keindahan bahkan
selalu diperindah oleh Allah subhanahu wata’ala. Sangat berbeda antara orang
yang melewati hari-harinya dengan kerinduan kepada Allah dan orang yang
melewati hari-harinya dengan pemikiran yang kosong, Allah Maha Melihat pada
sanubari kita yang terdalam, maka hari-hari dan malam-malamnya berbeda, detak
nafasnya berbeda, karena orang-orang yang merindukan Allah subhanahu wata’ala
itu nafasnya jauh lebih luhur daripada ibadah orang lain. Dalam riwayat yang
tsiqah dijelaskan bahwa ketika seseorang sedang melakukan shalat maka syaitan
mendekat kepadanya, dan disebelah orang yang shalat ada orang yang sedang
tidur, dan syaitan tidak bisa mendekat kepada orang yang shalat tadi, ketika
ditanya mengapa engkau (syaitan) tidak bisa dekat kepada orang yang sedang
shalat itu, maka syaitan itu menjawab: “aku tidak bisa mendekat kepada orang yang
shalat untuk mengganggunya karena nafas orang yang tidur itu membakarku”, karena orang yang tidur itu
adalah orang yang rindu kepada Allah subhanahu wata’ala, sehingga cahaya rabbul
‘alamin berpijar di dalam jiwanya. Hadirin hadirat, sebelum kita masuk ke alam
sanubari yang rindu kepada Allah, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
مَنْ اغْبرَّتْ قَدمَاهُ فِي سَبِيْلِ اللَّهِ
حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
“
Barangsiapa yang kakinya berdebu (karena berjalan) di jalan Allah maka Allah
haramkan darinya api neraka ”
Al
Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa hal itu bukan hanya untuk orang
yang berjihad saja, tetapi untuk semua orang yang melangkah menuju jalan yang
diridhai Allah, termasuk berjalan ke majelis dzikir, ke majelis ta’lim, ke
majelis shalawat atau ke masjid, karena hadits ini diriwayatkan ketika nabi
Muhammad pergi untuk shalat Jum’at, maka hal ini menunjukkan bahwa hadits ini
bukan dikhususkan untuk yang berjihad saja tetapi untuk semua orang yang
melangkah menuju jalan yang diridhai Allah, jika hanya kaki yang melangkah ke
jalan yang diridhai Allah terkena debu maka Allah haramkan dia dari api neraka,
maka bagaimana dengan jiwa yang rindu kepada Allah subhanahu wata’ala. Oleh
sebab itu dijelaskan di dalam kitab Qabas An Nuur Al Mubin ringkasan dari kitab Ihya’ Ulumuddin oleh Al Musnid Al Arif
billah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafizh, bahwa ketika seseorang
mengucapkan kalimat :
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
(الفاتحة:
(6
“
Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus ” ( QS. Al Fatihah: 6 )
Dan
ia memahami serta mendalami maknanya, sungguh rahasia kemuliaan ; derajat,
anugerah, pahala dan lainnya tersimpan dalam kalimat itu. Kalimat “Tunjukkanlah kami ke jalan
yang lurus”, maka
ia telah mendoakan dan meminta petunjuk kepada Allah untuk semua kaum muslimin.
Disebutkan pula dalam riwayat Shahih Muslim ketika seseorang membaca kalimat:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ، صِرَاطَ
الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا
الضَّالِّينَ
(الفاتحة:
6-7 )
“
Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus,(yaitu) jalan orang yang telah Engkau
beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula
jalan) mereka yang sesat ” (QS. Al Fatihah: 6-7)
Allah
menjawab:
هَذَا لِعَبْدِيْ وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ
“
Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta ”
Maka
hadirkan hati kita saat mengucapkan kalimat itu, oleh karena itu diperintahkan
kepada kita untuk diucapkan minimal 17 kali sehari, untuk apa? untuk
memperbaiki derajat kita agar semakin tinggi menuju keluhuran, karena ketika
kita sendiri yang berjuang menuju keluhuran maka akan kita temui banyak
hambatan, namun jika Allah yang menuntun kita, meskipun kita tidak mau maka
kita akan tertuntun menuju keluhuran, misalnya seseorang tidak berniat untuk
berbuat baik namun Allah anugerahi kepada kebaikan, ia tidak berniat untuk
berbuat yang luhur namun Allah memberinya keluhuran karena Allah
menghendakinya. Sebagaimana yang hadir di mejelis dzikir ketika Allah berkata
kepada malaikat: “wahai malaikat-Ku, saksikanlah Aku telah mengampuni semua
mereka yang hadir di majelis dzikir itu”, maka malaikat berkata: “wahai Allah, diantara
mereka ada yang hadir bukan dengan niat ikhlas ibadah namun hanya ingin
mendengarkan saja dan sekedar ingin duduk bersama”, maka Allah menjawab:
هُمُ الْجُلَسَاءُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيْسُهُمْ
“
Orang yang duduk bersama mereka (yang berdzikir) tidak akan dihinakan ”
Hal
ini menunjukkan bahwa niat berbuat baik tidak ada namun Allah muliakan dia
karena Allah telah memberikan kepadanya keinginan untuk duduk bersama orang
yang berdzikir padahal hatinya tidak ikut berdzikir, apalagi yang datang dengan
niat berdzikir dan hatinya ikut berdzikir . Maka renungkanlah makna kesucian
kalimat ini:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ، صِرَاطَ
الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا
الضَّالِّينَ
(الفاتحة:
6-7 )
“
Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus,(yaitu) jalan orang yang telah Engkau
beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula
jalan) mereka yang sesat ” (QS. Al Fatihah: 6-7)
Kenikmatan
dunia dan akhirah yang diridhai Allah subhanahu wata’ala sungguh sangat banyak,
yang semua itu kita minta dalam doa kita, kita telah meminta kepada Allah agar
kita selalu dibimbing Allah untuk selalu berbuat baik, selalu enggan untuk
berbuat dosa, jika terjebak dalam dosa ingin segera bertaubat , jika berbuat ibadah
ingin selalu lebih baik lagi dari yang telah diperbuat, serta memohon agar
selalu dilimpahi kenikmatan, maka cita-cita apalagi dalam kehidupan kita selain
hal-hal itu?!, karena itu adalah kehidupan yang terluhur dan tersimpan dalam
makna surat Al Fatihah, yang telah Allah firmankan:
هَذَا لِعَبْدِيْ وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ
“
Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta ”
Hanya
bagi yang memintanya, maka hadirkan hati kita ketika membaca surah Al Fatihah
dalam shalat. Insyaallah yang hadir disini semuanya mengerjakan shalat, jika
masih ada yang belum mengerjakannya semoga esok Subuh sudah mulai
mengerjakannya, amin allahumma amin.
Hadirin
hadirat yang dimuliakan Allah
Kehidupan luhur itu milik Allah, kenikmatan milik Allah dan petunjuk ke jalan
kemuliaan juga milik Allah, maka mintalah kepada-Nya. Kita tidak bisa hanya
mengandalkan kemampuan kita semata tanpa berdoa kepada Allah, karena manusia
diciptakan dalam keadaan lemah, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
أَعْجَزُ النَّاسِ أَعْجَزُهُمْ عَنِ
الدُّعَاءِ
“Orang
yang paling lemah adalah orang yang paling lemah dari berdoa”
Semakin
seseorang enggan berdoa maka dia semakin lemah dalam kehidupan, cepat terkena
musibah, cepat terkena masalah, cepat terkena kesedihan, cepat terjebak dalam
kekufuran, dan lainnya karena sedikit sekali berdoa. Sebaliknya semakin banyak
seseorang berdoa maka hatinya akan semakin erat hubungannya dengan Allah
subhanahu wata’ala dan akan semakin dijaga oleh Allah, dan juga tidak yang bisa
menghalangi ketentuan Allah kecuali doa.
Sampailah
kita kepada hadits luhur yang diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa
rasulullah shallallahu melakukan shalat untuk para syuhada’ Uhud, para syuhada’
tidak dishalatkan namun rasulullah memberikan kekhususan kepada syuhada’ Uhud
yang wafat untuk dishalati, terdapat dalam salah satu riwayat bahwa shalat yang
dikhususkan untuk syuhada’ Uhud itu dilakukan dengan 40 kali takbir dan ada
yang mengatakan dengan 70 kali takbir, jika kita hanya dengan 4 kali takbir.
Dan dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar di dalam Fathul Bari bahwa takbir itu
merupakan doa untuk para syuhada’ Uhud atas kemuliaan wafat mereka dalam perang
Uhud, dan setelah melakukan shalat, rasulullah naik ke mimbar seraya bersabda:
أُعْطِيْتُ مَفَاتِيْحَ اْلكَلِمِ وَنُصِرْتُ
بِالرُّعْبِ وَبْيَنمَا أَناَ نَائِمٌ اَلْباَرِحَةَ إِذْ أُتِيْتُ بِمَفَاتِيْحِ
خَزَائِنِ اْلأَرْضِ حَتَّى وُضِعَتْ فِيْ يَدِيْ
“Aku
diberi kunci-kunci al kalam, dan aku diberi pertolongan dengan ketakutan (yang
ada dalam dada musuh-musuhku), ketika aku tadi malam tertidur tiba-tiba aku
diberi kunci-kunci perbendaharaan bumi hingga diletakkan di tanganku”
Al
Imam Ibn Hajar menjelaskan di dalam Fathul Bari bahwa makna kunci yang paling kuat dari
seluruh pendapat para ulama’ adalah Al Qur’an Al Karim, dan ada pendapat lain
yang dikatakan oleh Al Imam Ibn Hajar bahwa kunci atau rahasia segala perkataan
ada pada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan diwariskan kepada
ummatnya. Misalkan, seseorang berkata “lukisan”, maka jika diberikan kunci
rahasia maknanya maka kata itu akan membuka keluhuran yang sangat besar bagi
orang-orang yang mendengarnya, jika seseorang berkata “lampu” maka ketika
dibuka rahasia kemuliaannya maka orang-orang akan menjerit menangis karena
mendengar rahasia keluhuran, inilah yang dimaksud dengan “mafatiih alkalim
(kunci-kunci perkataan)” pendapat yang kedua, namun pendapat yang terkuat
adalah Al Qur’an Al Karim. Dan juga rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
ditolong dengan ketakutan yang ada di hati para musuhnya, hal ini juga
terwariskan untuk ummat beliau. Para musuh-musuh rasulullah takut kepada
beliau, jadi sebelum mereka para musuh bertemu untuk berperang maka mereka
merasa takut terlebih dahulu, dan hal itu telah Allah berikan kepada semua
orang yang memusuhi nabi Muhammad dan dakwah beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam. Dan orang-orang yang meneruskan dakwah rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam maka orang yang memusuhinya pun akan ketakutan sebelum bertemu dengan
mereka . Maka warisilah kemuliaan dakwah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, dan akan engkau lihat orang-orang yang memusuhimu akan gentar sebelum
berhadapan denganmu, karena engkau membawa rantai warisan dari sabda rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam:
بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً
“
Sampaikankanlah dariku meskipun satu ayat ”
Tugas
telah sampai kepadamu, engkau telah diangkat oleh rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam untuk menjadi pewaris beliau, untuk menjadi wakil beliau,
menjadi utusan beliau agar kita menyampaikan apa yang datang darinya walaupun
satu ayat. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani mengatakan bahwa maknanya bukanlah
satu ayat akan tetapi satu kalimat, demikian perkataan jumhur muhadditsin. Maka
sampaikan walau satu kata pun dari nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
satu kata apapun dari kebaikan maka termasuk dalam hadits ini, itu adalah tugas
untuk kita dari pimpinan terbesar di dunia dan akhirah, sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Rasulullah berkata ketika beliau sedang
tertidur, ingat bahwa rasulullah matanya tertidur namun hatinya tidak tidur,
sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
إِنََّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ
قَلْبِي
“Sesungguhnya
kedua mataku memang tidur namun hatiku tidak tidur”
Ketika
beliau tidur dan dibangunkan oleh sayyidah Aisyah sebelum waktu fajar maka
beliau bangun dan langsung melakukan shalat witir, maka sayyidah Aisyah
berkata: “ wahai rasulullah, apakah engkau shalat tanpa wudhu?” maka rasulullah berkata:
يَا عَائِشَةُ إِنََّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ
وَلَا يَنَامُ قَلْبِي
“Wahai
Aisyah, sesungguhnya kedua mataku memang tidur namun hatiku tidak tidur”
Kelanjutan
hadits tadi, Rasulullah berkata: “Ketika tadi malam aku tertidur , aku
dibawakan kunci perbendaharaan bumi sehingga diletakkan di tanganku”, kunci
kesuksesan dan keberhasilan itu diberikan kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berupa harta, kekuatan, kedamaian dan lainnya, itulah makna kalimat
“Khazaain al ardh”. Diriwayatkan oleh Al Imam Ibn Hajar bahwa makna Khazaain al
ardh (pendaman-pendaman bumi) bisa bermakna harta, kesuksesan, kemudahan, atau
kemenangan dan yang pasti adalah berupa bantuan yang besar yang membuat kita
sukses, yang telah diserahkan kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
sampai kesemua itu diletakkan di telapak tangan beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam. Semua kesuksesan telah diberikan kepada sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, bagaimana cara mendapatkannya?. Maka Abu Hurairah
berkata melanjutkan hadits ini bahwa Rasulullah telah wafat dan kalian (ummat
rasulullah) yang akan mendapatkannya. Kesemuanya akan ditumpahruahkan bagi
mereka yang mau berjuang untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
yang mau membantu dakwah sayyidina Muhammad, maka Allah menyiapkan kemakmuran
dan seluruh kemakmuran telah Allah letakkan di tangan rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Maka kesuksesan itu ada pada baktimu kepada nabimu Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam dimana pun engkau berada dan amal apapun yang
engkau perbuat seperti belajar, mengajar, bekerja, berdagang, menjadi suami,
menjadi istri, menjadi tetangga, menjadi rakyat atau pemimpin, maka kesuksesan
siap menantimu selama niatmu dipadu dengan cinta dan bakti kepada nabi kita
Muhamma rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena semua kesuksesan ada di
tangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Rahasia
keluhuran ini terwariskan dan sampai kepada kita hadits luhur ini di malam hari
ini dengan izin Allah subhanahu wata’ala, yang berarti semoga kita semua telah
disiapkan oleh Allah untuk mewarisi kemakmuran dan kesuksesan yang telah
diberikan ke telapak tangan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak
tersisa satupun dari kita yang hadir kecuali telah diberikan oleh Allah semua
itu, allahumma amin. Tunggulah waktunya akan segera tiba, janji nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam akan segera muncul dalam hari-harimu. Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling mulia, yang paling
menyayangi, yang paling berterima kasih dan membalas jasa lebih dari perbuatan
baik kepada beliau, kita lihat para pewarisnya diantaranya Al Imam Fakhrul
wujud Abu Bakr bin Salim Ar , ketika datang kepada beliau seorang ibu yang
telah lanjut usia membawakan semangkok bubur daging. Di rumah Al Imam Fakhrul
wujud ini mungkin ratusan atau bahkan ribuan tamu yang datang, maka ibu itu
datang ke rumah Al Imam kemudian ia bertemu dengan salah seorang murid yang
menunggu tamu di pintu, maka ia bertanya : “wahai ibu, ada keperluan apa?” maka ibu itu menjawab: “tidak ada apa-apa hanya
saya ingin memberikan semangkok bubur daging ini yang semalaman saya membuatnya
khusus untuk Al Imam Abu Bakr bin Salim”, maka murid itu berkata: “wahai ibu kalau hanya
bubur semangkok ini lebih baik ibu shadaqahkan ke fuqara’ karena di dapur
banyak sekali makanan dan Al Imam setiap harinya menyembelih puluhan ekor
kambing untuk menjamu para tamunya”. Maka si ibu itu merasa kecewa karena telah
semalaman dia membuatnya untuk Syaikh Abu Bakr bin Salim, kemudian ia pulang
dan berkata dalam hatinya bahwa memang betul semangkok bubur itu tidak ada
artinya karena setiap harinya dapur Al Imam Abu Bakr bin Salim dipenuhi puluhan
ekor kambing untuk para tamunya. Maka bergetar firasat Syaikh Abu Bakr bin Salim
dengan kejadian itu, sebagaimana sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
اتّقُوْا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإنّهُ
يَنْظُرُ بِنُوْرِ اللهِ
“
Takutilah firasat seorang mukmin, karena ia melihat dengan cahaya dari Allah ”
Hati-hati
dengan firasat orang mu’min dan orang-orang yang shalih karena dia memandang
dengan cahaya Allah. Maka Al Imam Abu Bakr bin Salim yang saat itu sedang duduk
dengan para tamunya tiba-tiba berdiri dan keluar dengan berlari, belum pernah
orang-orang melihat beliau berlari, beliau keluar mengejar ibu itu dan berkata
: “wahai ibu apa yang engkau
bawa ?”, maka ibu itu berbalik dan berkata : “bukan apa-apa wahai imam,
aku hanya membawa semangkok bubur yang kubuat semalaman untukmu, namun aku
merasa malu ketika muridmu berkata bahwa di dapurmu setiap harinya dipenuhi
dengan puluhan kilo beras dan puluhan ekor kambing, maka apalah artinya
semangkok bubur ini yang seharusnya aku berikan kepada fuqara’ saja”, maka Al Imam Abu Bakr bin
Salim berkata: “jazakillah khair, tidak ada hadiah yang lebih berharga dan
lebih kusenangi dari ini”, maka bubur itu diterima oleh beliau kemudian
beliau memberi ibu itu 1000 dinar . Dinar (kepingan emas) itu diberikan kepada
ibu itu untuk membalas kebaikannya yang telah memberi beliau semangkok bubur
daging. Maka Al Imam Fakhrul wujud berbalik kepada muridnya dan berkata:“wahai
fulan, mengapa kalian ucapkan kata-kata itu?”, murid itu berkata: “wahai imam, para fuqara’
di luar banyak sedangkan di dapur makanan sangat banyak dan ibu itu hanya
membawa semangkok bubur, dan bagaimana kita akan membawakannya kehadapanmu
sedangkan engkau sedang mengajar di dalam”, maka Al Imam berkata: “Ibu
itu membuatnya semalaman dengan ikhlas untuk memberikannya kepadaku, hal ini
seperti keadaanku dihadapan Allah, yang beribadah siang dan malam namun tidak
ada artinya dihadapan Allah , dan jika kalian menolak dia maka bisa jadi Allah
akan menolak semua amal-amalku karena telah membuat kecewa ibu itu, oleh karena
itu aku keluar untuk menyambutnya karena aku juga ungin disambut oleh Allah
dengan amal-amalku yang tidak berarti”, seperti itulah balasan terima kasih
dari Al Imam Fakhrul wujud Abu Bakr bin Salim Ar, maka terlebih lagi datuk
beliau sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin
hadirat yang dimuliakan Allah
Saya tidak berpanjang lebar menyampaikan tausiah, ada beberapa hal yang perlu
saya sampaikan diantaranya hari Minggu yang akan datang kita mengadakan acara
siaran langsung di TV One, dan kita gembira dengan hal ini karena dakwah di
media itu sangat penting, sebagaimana yang telah saya sampaikan di waktu-waktu
yang lalu bahwa kita sudah menegur media-media yang terus menampilkan sesuatu
yang bersifat tidak mendidik, dan saya sampaikan bahwa mereka yang menampilkan
hal-hal itu ikut terlibat dosa di dalamnya, dua stasiun televisi yang saya
sampaikan seperti itu, namun jawaban mereka sama : “kami hanya mengikuti
kemauan pemirsa bib, jika di bulan ramadhan pemirsa menghendaki
tayangan-tayangan islami maka kami ikut menayangkannya, pemirsa menghendaki
yang lain pun kami ikut menyangkan yang lain”. Nah, jadi hal itu
tergantung kemauan pemirsa, jika sekarang Allah telah bukakan pintu hidayah
kepada media untuk berdakwah maka berapa banyak yang akan hadir di majelis
ta’lim dari 200 juta penduduk yang ada di Indonesia ini, karena hampir semua
rumah ada televisi. Bukannya kita mau riya’ dengan tampilnya kita di televisi,
tetapi dakwah kita di televisi itu bukan hanya di majelis ta’lim lagi, tetapi
masuk ke semua rumah-rumah, dan juga dzikir jalalah “Ya Allah” justru itu yang membuat
mereka tertarik yang belum pernah dikumandangkan dan jarang didengar di
Indonesia ini, terlebih lagi di media belum pernah didengar, maka mereka
tertarik. Maka hal itu membuat tersebarnya dzikir “Ya Allah” dan masuk hampir ke setiap
rumah di Indonesia. Hal itu tampaknya kecil dan ramah namun hakikatnya hal itu
sangat agung karena dakwah bisa masuk hampir ke setiap rumah, dan ajaran dzikir
terluhur masuk ke hampir setiap rumah disebabkan media, maka kerusakan dan
pendidikan luhur pun bisa disebabkan media. Kemudian hari Selasa 7 Desember
bertepatan dengan 1 Muharram 1432 H, dzikir akbar bersama TV One dan KH.
Zainuddin MZ yang bertempat di Masjid At Tin Insyaallah. Dan Alhamdulillah
dengan izin Allah subhanahu wata’al pihak TV One telah menyetujui untuk
menyiarkan langsung acara dzikir akbar di Monas bersama guru mulia Al Musnid Al
Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh pada 27 Desember 2010, dan malam
tahun baru. Stasiun TV yang lain menyiarkan tayangan-tayangan yang lain, namun
TV One siap menyiarkan acara kita di Monas bersama guru mulia tanggal 27
Desember 2010 dan malam 1 Januari, semoga dakwah ini semakin dibantu oleh Allah
subhanahu wata’ala, amin. Kita tidak mampu untuk memasuki media namun Allah
yang mengaturnya dan memberi mereka hidayah, ini adalah sebagai bukti bahwa
kunci-kunci kesuksesan dunia dan akhirah telah Allah berikan kepada rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, dan insyaallah akan semakin dekat bangkitnya
Jakarta menjadi kota Pengidola sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
kota yang mempelopori tersohornya dan termuliakannya dzikir “Ya Allah”, kita hanya bisa
melakukannya di majelis-majelis saja, namun ternyata Allah tidak puas dengan
hal itu, Allah menginginkan dzikir memanggil nama-Nya sampai ke seluruh wilayah
di Indonesia agar disaksikan oleh seluruh penduduk Indonesia, demikian rahasia
keluhuran, kita ingin berbuat seperti itu namun tidak akan mampu jika kita
masuk ke setiap rumah-rumah untuk mengajarkan dzikir “Ya Allah”, namun Allah
yang sampaikan. Demikian agung dan luhurnya rahasia anugerah Ilahi, kita
berharap yang hadir di tabligh akbar bisa mencapai 5 juta muslimin muslimat,
amin. Dan yang lain bisa menonton di televisi memilih siaran dzikir akbar dan
melihat wajah guru mulia yang sedang bermunajat dalam doa. Beberapa yang lalu
saya menghubungi guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin
Hafizh karena ada beberapa kendala dengan dzikir malam tahun baru yang akan
kita adakan, dan saya memohon doa kepada beliau maka beliau menjawab: “qabul wanafa’, qabul wa
nafa’, qabul wa nafa’ (dikabulkan dan manafaat besar)”, dan saya juga sampaikan
bahwa kita saat ini setiap malam membaca dzikir jalalah “Ya Allah” sebanyak 500 kali, lalu
beliau bertanya kenapa, saya menjawab: “untuk dijauhkan dari bencana dan musibah dan
juga untuk menyambut kedatangan antum wahai Habib”. Dengan dzikir jalalah
semoga hati kita dan wilayah kita semakin makmur dan luhur, kita menyambut
kedatangan guru mulia dengan dzikir “Ya Allah” dan kita selalu berdoa
setiap malamnya untuk kesuksesan acara-acara kita dan wilayah kita terjauhkan
dari bencana dan musibah, dan untuk kedamaian wilayah kita amin allahumma amin.
Pengumuman selanjutnya malam Minggu yang akan datang tanggal 4 Desember 2010
adalah Haul ayahanda Al Habib Fuad bin Abdurrahman Al Musawwa, kita tetap
adakan acara maulid seperti di jadwal dan setelah itu ziarah ke Luar Batang
sekaligus haul ayahanda dan membacakan manaqib sekilas tentang ayahanda
Almarhum almaghfurllah Al Habib Fuad bin Abdurrahman Al Musawwa, namun jamaah
jangan langsung datang ke Luar Batang, hadir dahulu majelis maulid dan majelis
dzikir, karena jika hadir ziarah tanpa hadir di majelis dzikir maka hal itu
kurang sempurna. Maka kita hadir dulu di majelis dzikir kemudian kita konvoi
untuk ziarah, dan jangan lupa pengendara motor untuk menggunakan helm, semakin
hari kita harus semakin perbaiki diri dan perbaiki nama baik kita, karena
semakin banyak yang tidak menggunakan helm maka akan semakin jelek nama majelis
kita, dan ingat kita membawa nama baik manusia yang paling mulia rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, bukan nama kita. Jika majelis ini bernama majelis
Habib Munzir maka seluruh dunia yang menghina dan menjelek-jelekannya pun tidak
masalah. Tetapi jika Majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jangan
sampai dijelek-jelekkan oleh siapa pun kita usahakan hal itu, fitnah tidak akan
bisa kita hindari namun kita selalu berusaha agar fitnah itu tidak timbul.
Sebenarnya malam Minggu yang akan datang kita ingin langsung ziarah ke makam
ayahanda almarhum tetapi tempatnya jauh di puncak Cipanas 90 Km siap tidak jika
kita kesana?, yang tadi mengatakan siap maka dia mendapatkan pahalanya meskipun
tidak pergi kesana, namun sangat repot karena kita konvoi dan jalannya pelan,
berbeda jika kita jalan sendiri mungkin 2 atau 3 jam akan sampai, tetapi kalau
konvoi bisa-bisa sampai pagi kesana. Jadi malam Minggu yang akan datang Haul
ayahanda saya, semoga Allah subhanahu wata’ala memuliakan almarhum di alam
barzakh, amin. Masyaallah beliau yang mendidik saya dan anak-anaknya dengan
begitu tegas, beliau mengajarkan anak-anaknya membaca Al qur’an, menjauhi
pergaulan yang tidak baik, dan beliau sendiri adalah orang yang selalu asyik
membaca Al Qur’an dan jika membaca Al Qur’an beliau selalu menangis, ketika
saya masih kecil kira-kira berumur 5 tahun, beliau selalu menaruh tikar di
kebun beliau dan beliau membaca Al qur’an dan saya tidak boleh kemana-kemana,
boleh bermain namun ketika beliau membaca Al qur’an maka saya tidak boleh jauh
dari beliau. Beliau paling memanjakan saya yang selalu sakit-sakitan dan yang
paling memalukan beliau, karena semua kakak saya telah wisuda sarjana dan hanya
saya sendiri yang putus sekolah, beliau sendiri yang berkata kepada saya:“engkau
ini jika ingin dunia maka betul-betul seriuslah, dan jika ingin akhirah
seriuslah, kalau ingin belajar di sekolah umum maka belajar yang serius, jika
ingin sekolah agama belajar yang serius, kamu ini putus di sekolah umum dan
tidak pula di sekolah agama, hanya diam di rumah saja”, namun Allah subhanahu
wata’ala menjawab doa beliau dengan suksesnya Majelis Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau tidak bisa bangga dengan saya di masa hidupnya namun
insyaallah beliau akan bangga di alam barzakh, amin. Dan hari Minggu tanggal 5
Desember jam 13.00 Wib sampai jam 15.00 acara bersama TV One di masjid
Universitas Negeri Jakarta, sampaikan kepada teman-teman kita yang tidak ada
udzur untuk hadir dan yang berhalangan hadir saksikan di televisi. Selanjutnya
kita berdzikir bersama semoga Allah subhanahu wata’ala memuliakan seluruh niat
kita, dan Allah memberi semua apa yang kita cita-citakan bahkan diberi lebih
dari apa yang kita inginkan, dan Allah memberi apa yang kita minta lebih dari
yang kita minta, hal itu tidaklah mustahil bagi Allah subhanahu wata’ala.
Dikutip dari ceramah beliau yang mulia Habib Munzir - Majlisrosululloh.org