Jumat, 24 November 2017

Aspek Penting dalam Manajemen Proyek

Aspek Penting dalam Manajemen Proyek
Aspek-aspek Penting dalam Manajemen Proyek


Terima kasih teman-teman Civil Engineers yang selalui Mengikuti Updetan Materi dari Kampus Sipil ini. Sebelumnya kita telah membahas tentang Definisi dan Ruang Lingkup Manajemen Proyek, dan pada kesempatan ini kita akan membahas tentang Aspek-Aspek penting dalam Manajemen proyek.

Dalam manajemen proyek, yang perlu dipertimbangkan agar output Proyek sesuai dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan adalah mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin timbul ketika proyek dilaksanakan.

Beberapa aspek yang dapat diidentifikasi dan menjadi masalah dalam manajemen Proyek serta membutuhkan penanganan yang cermat, adalah sebagai berikut :

==>Aspek Keuangan
Masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan pembiayaan proyek. Biasanya berasal dari modal sendiri dan/atau pinjaman dari bank atau investor dalam jangka pendek atau jangka panjang.

Pembiayaan proyek menjadi sangat krusial bila proyek berskala besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit, yang membutuhkan analisis keuangan yang cermat dan terencana.

==>Aspek Anggaran Biaya
Masalah ini berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian biaya selama proyek berlangsung. Perencanaan yang matang dan terperinci akan memudahkan proses pengendalian biaya, sehingga biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang direncanakan. Jika sebaliknya,akan terjadi peningkatan biaya yang besar dan merugikan bila proses Perencanaannya salah.

==>Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia:
Masalah ini berkaitan dengan kebutuhan dan alokasi SDM selama proyek berlangsung yang berfluktuatif. Agar tidak menimbulkan masalah yang kompleks, perencanaan SDM didasarkan atas organisasi proyek yang dibentuk sebelumnya dengan melakukan langkah-langkah, Proses staffing SDM, deskripsi kerja, perhitungan beban kerja, deskripsi wewenang dan tanggung jawab SDM serta penjelasan tentang sasaran dan tujuan proyek.

==>Aspek Manajemen Produksi:
Masalah ini berkaitan dengan hasil akhir dari proyek; hasil akhir proyek negatif bila proses perencanaan dan pengendaliannya tidak baik. Agar hal ini tidak terjadi, maka dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan produktivitas SDM, meningkatkan efisiensi proses produksi dan kerja, meningkatkan kualitas produksi melalui jaminan mutu dan pengendalian mutu.

==>Aspek Harga:
Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal persaingan harga yang dapat merugikan perusahaan karena produk yang dihasilkan membutuhkan biaya produksi yang tinggi dan kalah bersaing dengan produk lain.
Aspek Efektivitas dan Efisiensi:
Masalah ini dapat merugikan bila fungsi produk yang dihasilkan tidak terpenuhi/tidak efektif atau dapat juga terjadi bila faktor efisiensi tidak dipenuhi, sehingga usaha produksi membutuhkan biaya yang besar

==>Aspek Pemasaran:
Masalah ini timbul berkaitan dengan perkembangan faktor eksternal sehubungan dengan persaingan harga, strategi promosi, mutu produk serta analisis pasar yang salah terhadap produksi yang dihasilkan.

==>Aspek Mutu:
Masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir yang nantinya dapat meningkatkan daya saing serta memberikan kepuasan bagi pelanggan.
Aspek Waktu:
Masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya bila terlambat dari yang direncanakan serta akan menguntungkan bila dapat dipercepat.

kampus-sipil.blogspot.co.id


Tahap Perencanaan Bangunan Bertingkat

Tahap Perencanaan Bangunan Bertingkat

Tahap Perencanaan Bangunan Bertingkat

Perencanaan gedung bertingkat harus dipikirkan dengan matang karena menyangkut investasi dana yang jumlahnya tidak sedikit. Berbagai hal perlu ditinjau yang meliputi beberapa kriteria, yaitu 3S : strength, stiffness, dan serviceability. Analisis struktur gedung bertingkat dapat dilakukan dengan computer berbasis elemen hingga (finite element) dengan sofware yang telah umum digunakan oleh para perencana, misalnya : SAP (Structure Analysis Program) atau ETABS (Extended 3D Analysis Building Systems). 

Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan batas (ultimate-strength) yang mempunyai daktilitas cukup untuk menyerap energi gempa sesuai peraturan yang berlaku. Berbagai macam kombinasi pembebanan yang meliputi beban mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa dihitung dengan pemodelan struktur 3-D (space-frame). Kombinasi pembebanan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1,4DL
1,2DL + 1,6LL
1,2DL + 1LL + 1EX + 0,3EY
1,2DL + 1LL - 1EX + 0,3EY
1,2DL + 1LL + 1EX - 0,3EY
1,2DL + 1LL - 1EX - 0,3EY
1,2DL + 1LL + 0,3EX + 1EY
1,2DL + 1LL - 0,3EX + 1EY
1,2DL + 1LL + 0,3EX - 1EY
1,2DL + 1LL - 0,3EX - 1EY
 0,9DL + 1EX + 0,3EY
 0,9DL + 1EX - 0,3EY
 0,9DL - 1EX + 0,3EY
 0,9DL - 1EX - 0,3EY
 0,9DL + 0,3EX + 1EY
 0,9DL + 0,3EX - 1EY
 0,9DL - 0,3EX + 1EY
 0,9DL - 0,3EX - 1EY
Keterangan :
DL =  Beban mati (Dead Load)
LL =  Beban Hidup (Live Load)
EX =  Beban gempa searah sumbu x (Earthquake- X)
EY =  Beban gempa searah sumbu y (Earthquake- Y)

Di negara Indonesia ada 3 jenis sistem struktur yang digunakan yaitu:

1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) atau Ordinary Moment Resisting Frame (OMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 1 dan 2 yaitu wilayah dengan tingkat gempa rendah. Acuan perhitungan yang digunakan adalah SNI 03-2847-2002 pasal 3 sampai pasal 20.

2. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) atau Intermediate Moment Resisting Frame (IMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 3 dan 4 yaitu wilayah dengan tingkat gempaan sedang. Pasal- pasal yang digunakan dalam SNI 03-2847-2002 adalah Pasal 3 sampai pasal 20, ditambah dengan pasal 23.2 sampai dengan 23.10.2

3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) atau Special Moment Resisting Frame (SMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk pada zona 5 dan 6 yaitu wilayah dengan tingkat gempaan tinggi atau diaplikasikan dalam perencanaan High Rise Building.

Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam perencanaan gedung adalah pengumpulan data proyek yang meliputi :
Data tanah dari hasil sondir dan boring,
Data bangunan,
Data gambar proyek, terdiri dari gambar arsitektur, gambar struktur, gambar potongan, dan denah lantai,
Data lain yang menyangkut RKS (Rencana Kerja dan Syarat- syarat)

A. Peraturan dan Standar Perencanaan
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-1992) atau ACI 318- 2005.
Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F) atau ASCE 7-10.
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002).
Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002).
B. Bahan Struktur

1. Beton
Untuk struktur kolom, sloof, balok lantai dan plat lantai digunakan beton dengan kuat tekan beton yang disyaratkan, fc’ = 25 MPa (setara dengan beton K-300). Modulus elastis beton, Ec = 4700√(fc') = 2,35.104 MPa = 2,35.107 kN/m2 dengan angka poison = 0,20.


2. Baja Tulangan
Untuk baja tulangan dengan  D ≥ 12 mm digunakan baja tulangan ulir BJTD 40 dengan tegangan leleh baja, fy = 400 MPa. Untuk baja tulangan dengan D < 12 mm digunakan baja tulangan polos BJTP 24 dengan tegangan leleh baja, fy = 240 MPa. Modulus elastis baja, Es = 2,1.105 MPa.

3. Baja Profil
Mutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus memenuhi persyaratan setara dengan BJ-37.

C. Pra-eliminari Desain:


1.  Perencanaan plat
Penentuan dimensi terdiri dari dimensi plat dan dimensi plat atap. Masing- masing menggunakan SNI 03-2847-2002 dengan pasal :
Perencanaan plat 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2 Tabel 8
Perencanaan plat 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3
Menganalisa gaya- gaya yang terjadi pada plat, digunakan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI 1971 pasal.13.3 tabel 13.3.1 dan tabel 13.3.2), sedangkan perletakkan yang diasumsikan jepit penuh digunakan C.K Wang dan C.G Salmon jilid 2,
Penulangan plat,
Penulangan lentur, susut, dan suhu : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.

2.   Penentuan dimensi balok dan kolom
 Penentuan dimensi balok terdiri dari : Perencanaan lebar efektif balok (SNI 03-2847-2002 pasal 10.10.2),
 Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 pasal.13.3.1(1)
 Perhitungan penulangan torsi : SNI 03-2847-2002 pasal.13.6

3. Struktur kolom, terdiri dari:
Perencanaan kolom portal
Pengaruh kelangsingan kolom : SNI 03-2847-2002 pasal 12.12.2
Perbesaran momen : SNI 03-2847-2002 pasal 12.13.3
Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 psl.13.3.1(2)

4. Analisa struktur bawah
Perhitungan poer,
Perhitungan pondasi tiang pancang,
Perhitungan sloof.


5. Penulangan
Penulangan dihitung berdasarkan data-data yang diperoleh dari out put SAP atau ETABS.
Dari out put SAP atau ETABS diperoleh nilai gaya geser (D), momen lentur (M), momen torsi (T), dan nilai gaya aksial (P). Kemudian dihitung kebutuhan tulangan pada balok, kolom dan pondasi.
Perhitungan penulangan geser, lentur, dan puntir pada semua komponen struktur utama.
Kontrol masing-masing perhitungan penulangan.
Penabelan penulangan yang terpakai pada elemen struktur yang dihitung (struktur atas dan struktur
bawah).
Penggambaran detail penulangan.

D. Cek Persyaratan

1. Plat
Kontrol jarak spasi tulangan : SNI 03-2847-2002 pasal.15.3.2
Kontrol jarak spasi tulangan suhu dan susut.
Kontrol perlu tulangan suhu dan susut : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1 dan pasal 10.4.3
Kontrol lendutan : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.4

2. Balok
Kontrol Mnpasang ≥ Mn untuk tulangan lentur

3. Kolom
Kontrol kemampuan kolom.
Kontrol momen yang terjadi Mnpasang ≥ Mn

4. Poer
Kontrol dimensi poer : SNI 03-2847-2002 pasal13.12.3. 1.(a), pasal.13.12.3. 1.(b), pasal.13.12.3.1.(c)
Kontrol geser pons.
Geser 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.1
Geser 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.2

E. Gambar Perencanaan

1. Gambar arsitek terdiri dari :
Gambar denah.
 Gambar tampak.

2. Gambar struktur terdiri dari :
Potongan memanjang.
Potongan melintang.
Gambar denah pondasi.
Gambar denah sloof.
Gambar denah pembalokan.
Gambar denah rencana atap.

3. Gambar detail :
Gambar detail panjang penyaluran.
Gambar detail penjangkaran tulangan.
Gambar detail pondasi dan poer.

F. Jenis Beban

1. Beban mati (Dead load)
Beban mati yang merupakan berat sendiri konstruksi (specific gravity) menurut Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah seperti Tabel berikut :

No
Konstruksi
Berat
Satuan

1
Baja
7850
kg/m3
1
Beton bertulang
2400
kg/m3
2
Beton
2200
kg/m3
3
Dinding pas bata ½ bt
250
kg/m2
4
Dinding pas bata 1 bt
450
kg/m2
5
Curtain wall+rangka
60
kg/m2
6
Cladding + rangka
20
kg/m2
7
Pasangan batu kali
2200
kg/m3
8
Finishing lantai (tegel)
2200
kg/m3
9
Plafon+penggantung
20
kg/m2
10
Mortar
2200
kg/m3
11
Tanah, Pasir
1700
kg/m3
12
Air
1000
kg/m3
13
Kayu
900
kg/m3
14
Baja
7850
kg/m3
15
Aspal
1400
kg/m3
16
Instalasi plumbing
50
kg/m2

Untuk perencanaan beban bangunan di luar negeri, harus diperhitungkan juga beban banjir, beban suhu, beban Salju, dan beban Es. Semuanya ada di ASCE 7-10.

2. Beban hidup (Live load)

Beban hidup yang bekerja pada lantai bangunan Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah sebagai berikut :
Lantai dan rumah tinggal = 200 kg/m2
Sekolah, kantor, toko, hotel, RS, restoran, asrama = 250 kg/m2
Ruang olahraga = 400 kg/m2
Ruang dansa = 500 kg/m2
Balkon dan lantai dalam ruang pertemua = 400 kg/m2
3. Beban gempa (Earthquake)

Wilayah Indonesia terdiri dari 6 wilayah gempa, dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah kegempaan paling rendah dan wilayah gempa 6 adalah wilayah kegempaan paling tinggi. Pembagian wilayah gempa ini, didasarkan pada percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun dengan asumsi umur bangunan adalah 50 tahun.  Berikut adalah Gambar Pembagian Zona Gempa di Indonesia


Gambar Pembagian Zona Gempa di Indonesia


Analisis terhadap beban gempa digunakan cara statik ekivalen maupun dinamik (response spectrum analysis). Dari hasil analisis kedua cara tersebut diambil kondisi yang memberikan nilai gaya atau momen terbesar sebagai dasar perencanaan. Struktur bangunan dirancang mampu menahan gempa rencana sesuai peraturan yang berlaku yaitu SNI 03-1726-2002 tentang Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Dalam peraturan ini gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 % selama umur gedung 50 tahun.

a. Metode Statik Ekivalen

Gaya geser dasar nominal pada struktur akibat gempa dihitung dengan rumus :
V = C . I / R .Wt
Dimana :

C= nilai faktor response gempa, yang ditentukan berdasarkan wilayah gempa kondisi tanah dan waktu getar alami.
 R = faktor reduksi gempa representatif.
 I = faktor keutamaan (diambil, I = 1 )
Wt = jumlah beban mati dan beban hidup yang direduksi (faktor reduksi diambil = 0,5) yang bekerja di atas taraf penjepitan lateral.
Analisis statik dilakukan dengan meninjau secara bersamaan 100% gempa arah X dan 30% gempa arah Y, dan sebaliknya.


b. Metode Dinamik (Response Spectrum)

Besar beban gempa ditentukan oleh percepatan gempa rencana dan massa total struktur. Massa total struktur terdiri dari berat sendiri struktur dan beban hidup yang dikalikan dengan faktor reduksi 0,5.
Percepatan gempa diambil dari data zone Wilayah Gempa Indonesia menurut Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) dengan memakai spektrum respons yang nilai ordinatnya dikalikan dengan koreksi I/R.
Detail perencanaan struktur gedung dengan ETABS mulai dari pemodelan struktur, pembebanan, analisis gempa, dan perhitungan strukturnya bisa dibaca disini.


----------------
NB :
Jika ingin mencopy Artikel ini, mohon cantumkan juga sumbernya. Kami menghargai Anda, sebagaimana Anda juga menghargai Kami. Terima kasih
Muhammad Miftakhur Riza


www.perencanaanstruktur.com



mengapa SNI mengalahkan BOW??

MENGAPA SNI MENGALAHKAN BOW?
Salah satu tujuan dari perusahaan konstruksi adalah mendapatkan hasil keuntungan yang maksimal dari pelaksanaan pembangunan proyek. Dalam hal ini sangat penting adanya pengelolaan manajemen yang baik khususnya yang berkaitan dengan anggaran biaya, sehingga diperlu dibuat sebuah rencana anggaran biaya proyek yang efisien dan dapat dipertanggung jawabkan. Pada penyusunan anggaran biaya ini terdapat metode perhitungan di antaranya metode BOW dan  SNI. Mengapa selama ini perhitungan rencana anggaran biaya sering digunakan metode SNI? Ada apa dengan metode BOW? Oleh karena itu, penulis akan membahas metode-metode tersebut.

Metode Analisa Perhitungan RAB
            Rencana Anggaran Biaya pembangunan gedung dapat dihitung dengan dua metode, yaitu metode BOW dan metode SNI :

1. Metode BOW
            BOW adalah suatu ketentuan dan ketetapan umum yang ditetapkan Dir. BOW pada tanggal 28 Februari 1921 nomor 5372 A pada jaman Belanda. Dalam analisa BOW, telah ditetapkan angka jumlah tenaga kerja dan bahan untuk suatu pekerjaan. Prinsip yang terdapat dalam metode BOW mencakup daftar koefisien upah dan bahan yang telah ditetapkan. Keduanya menganalisa harga (biaya) yang diperlukan untuk  harga satuan pekerjaan bangunan. Dari koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan dan kalkulasi upah yang mengerjakan. Komposisi perbandingan dan susunan material serta tenaga kerja pada suatu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan harga material dan upahyang berlaku pada saat itu. (Mukomuko,1985)

Contoh dari perhitungan analisa anggaran biaya dengan metode BOW adalah sebagai berikut :
Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K-225 :
1.       Bahan
0,96 m³ kerikil                          @ Rp 75.000,00                     = Rp   72.000,00
8,17 zak semen PC 50 kg        @ Rp 56.900,00                     = Rp 484.873,00
0,54 m³ Pasir                            @ Rp 50.000,00                     = Rp   27.000,00 +                                                                                                                                                                                                                              
Jumlah harga bahan                                                                 = Rp 563.873,00

2.      Upah
1,00 tukang batu                     @ Rp 72.900,00                      = Rp   72.900,00
0,10 kepala tukang batu          @ Rp 87.500,00                     = Rp     8.750,00
6,00 pekerja                             @ Rp 45.000,00                      = Rp 270.000,00
0,30 mandor                            @ Rp 65.600,00                      = Rp   19.680,00 +
Jumlah upah                                                                            = Rp 371.330,00

3.      Peralatan
0,4819 concrete mixer             @ Rp 36.480,370                    = Rp 17.579,8900
0,0633 water tanker                @ Rp 117.765,090                  = Rp 7.545,5300
0,4819 concrete vibrator         @ Rp 21.740,010                    = Rp 10.476,5110
1,0000 alat bantu                    @ Rp 2.050,000                      = Rp 2.050,0000 +
Jumlah alat           

                                                                 = Rp 37.560,931

            Harga satuan 1 m³pekerjaan membuat beton mutu K-225 adalah:
= Jumlah harga bahan + Jumlah harga upah + Jumlah harga peralatan
= Rp 563.873,00 + Rp 371.330,00 + Rp 37.560,93
= Rp 972.763,93

 2. Metode SNI
SNI merupakan pembaharuan dari analisa BOW (Burgeslijke Openbare Werken) 1921, dengan kata lain bahwasanya analisa SNI merupakan analisa BOW yang diperbaharui. Analisa SNI ini dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pemukiman. Sistem penyusunan biaya dengan menggunakan analisa SNI ini hampir sama dengan sistem perhitungan dengan menggunakan analisa BOW. Prinsip yang mendasar pada metode SNI adalah, daftar koefisien bahan dan upah tenaga sudah ditetapkan untuk menganalisa harga atau biaya yang diperlukan dalam membuat harga satu satuan pekerjaan bangunan. Dari kedua koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan dan kalkulasi upah yang mengerjakan. Komposisi perbandingan dan susunan material serta tenaga kerja pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan dengan harga material dan upah yang berlaku di pasaran.

Contoh perhitungan rencana anggaran biaya dengan metode SNI 2008 yaitu :
Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K-225 :
1.      Bahan :
0,65 m³ Kerikil                        @ Rp 75.000,00                      = Rp   48.750,00
7,42  kg Semen PC 50 kg       @ Rp 56.900,00                      = Rp 422.198,00
0,65 m³ Pasir                           @ Rp 50.000,00                      = Rp   32.500,00 +
Jumlah harga bahan                                                                 = Rp 503.448,00

2.      Upah :
0.275 tukang batu                   @ Rp 72.900,00                      = Rp 20.047,5
0,028 kepala tukang batu        @ Rp 87.500,00                      = Rp   2.450,00
1,65 pekerja                             @ Rp 45.000,00                      = Rp 74.250,00
0,083 mandor                          @ Rp 65.600,00                      = Rp   5.444,8,0 +
Jumlah harga upah                                                                  = Rp 102.192,3

3.      Peralatan :
0,4819 concrete mixer             @ Rp 36.480,370                    = Rp 17.579,89
0,0633 water tanker                @ Rp 117.765,090                  = Rp   7.454,53
0,4819 concrete vibrator         @ Rp 21.740,010                    = Rp 10.476,51
1,0000 alat bantu                    @ Rp 2.050,000                      = Rp   2.050,00 +
Jumlah harga alat                                                                    = Rp 37.560,93

            Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K–225 adalah:
= Jumlah harga bahan + Jumlah harga upah + Jumlah harga peralatan
= Rp 503.448,00 + Rp 102.192,3 + Rp 37.560,93
= Rp 643.201,23
Kesimpulan
·         Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K–225 dengan metode BOW diperoleh  Rp 972.763,93 sedangkan dengan metode SNI 2008 diperoleh Rp 643.201,23
·         Terdapat selisih harga Rp 329.562,70 (perbedaan harga yang cukup besar)
·         Analisa BOW (Burgeslijke Openbare Werken) 28 Februari 1921, perlu diadakan revisi atau perbaikan. Pedoman tersebut dirasakan sudah tidak relevan lagi karena analisa BOW hanya dapat digunakan apabila pekerjaannya berupa pekerjaan padat karya yang memakai peralatan konvensional serta tenaga kerja yang kurang profesional, sehingga apabila analisa tersebut masih digunakan secara murni mengakibatkan perencanaan biaya menjadi sangat mahal.
·         Untuk mengefisiensi dana pembangunan masih ada metode lain yang dapat digunakan dalam penyusunan anggaran biaya misalkan dengan menggunakan metode SNI.

Daftar Pustaka
1.      Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2008. Kumpulan Analisa Biaya Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan.
2.      Mukomoko, J. A. 1987. Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan Metode BOW. Gaya Media Pratama. Jakarta.

http://meisyasalsabila.blogspot.co.id/2011/07/mengapa-sni-mengalahkan-bow.html?m=1


Kamis, 23 November 2017

Sejarah Lengkap Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja)

Sejarah Lengkap Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja)

Oleh Lismanto, SHI
Penulis Buku Hukum Islam Progresif (2014)

Sejarah lengkap Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) ini saya tulis saat diminta salah satu organanisasi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Walisongo. Dalam tulisan singkat ini, saya juga membuat semacam "roadmap" sejarah Ahlussunnah wal Jamaah agar mudah dipahami dan dimengerti terkait dengan sejarah Ahlussunnah wal Jamaah dari masa ke masa hingga masuk ke Indonesia. Berawal dari sini, saya menciptakan gagasan dan formula istilah periodesasi sejarah Ahlussunnah wal Jamaah dengan bahasa dan pemahaman saya sendiri. Tujuannya tak lain agar mudah dimengerti.

Sebetulnya, saya ingin judul artikel kolom ini dengan Roadmap Sejarah Ahlussunnah wal Jamaah. Namun, pemimpin redaksi Islam Cendekia lebih menyukai judul sejarah lengkap Ahlussunnah wal Jamaah (aswaja) agar mudah dicari di penelusuran situs pencari.


Ilustrasi NU sebagai organisasi Islam berbasis Aswaja di Indonesia

Membincang soal Ahlussunnah wal Jama'ah (selanjutnya disebut Aswaja), kita tidak bisa lepas dari sejarah panjang di mana sejarah ini akan membentuk sebuah peta kesejarahan Aswaja apabila dilihat dari berbagai perspektif. Untuk itu, saya perlu membuat sebuah roadmap sejarah Aswaja agar labirin Aswaja dari zaman ke zaman mudah dibongkar dan disuguhkan dalam sebuah teks yang mudah dipahami bersama. Sebelum membahas soal peta kesejarahan Aswaja, lebih baiknya kita mengerti pengertian Aswaja secara tekstual-harfiah-skriptural.

Pengertian Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) adalah Ahlussunnah berarti ahli sunnah atau pengikut ajaran sunnah Nabi Muhammad. Sementara itu, Jama’ah yang dimaksud merujuk pada jama’ahnya Nabi Muhammad yang tak lain adalah para sahabat dan generasi selanjutnya seperti tabi’in, tabi’ut tabi’in, termasuk imam empat madzab (ada yang mengklasifikasikan sebagai tabi’in dan ada juga yang mengklasifikasikan sebagai tabi’ut tabi’in) atau salafush shalih, hingga generasi berikutnya yang punya ikatan madzab dengan generasi salafush shalih.

 Setelah tahu arti atau makna Aswaja dalam perspektif bahasa, sekarang coba kita bedah historisitas Aswaja dari zaman ke zaman untuk mengetahui titik terang bagaimana sebetulnya Aswaja terbentuk hingga menjadi salah satu madzab yang menjadi rebutan para kelompok Islam di dunia. Banyak organisasi Islam bermunculan yang kemudian masing-masing mengklaim bahwa merekalah penganut Aswaja.

Saya garis besar saya akan membagi historisitas Aswaja ke dalam tiga fase besar. Pertama, fase teologis. Kedua, fase sosial-politik. Ketiga, fase madzab. Fase madzab juga berarti fase aliran atau ideologi. Ini hanya ijtihad dan formula ilmiah kesejarahan yang saya buat secara pribadi, tidak merujuk dari buku atau kitab mana pun sehingga Anda boleh setuju atau tidak. Yang jelas, klasifikasi fase Aswaja ini saya buat untuk memudahkan pemahaman terhadap roadmap sejarah Aswaja.

Aswaja pada fase teologi dibagi lagi ke dalam dua fase, yaitu fase teologi substantif dan fase teologi formal. Pada fase teologi substantif, Aswaja muncul sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul pada usia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari. Ini fase awal di mana umat manusia diminta untuk mengikuti ajaran Nabi Muhammad yang kemudian dikenal dengan Islam. Setelah sahabat banyak bermunculan mengikuti Nabi, umat manusia juga diminta untuk mengikuti ajaran sahabat yang terlebih dahulu diajarkan oleh Nabi.

Pada fase teologi substantif ini, kalimat Aswaja sama sekali tidak muncul, tetapi secara substantif umat manusia diajak untuk mengikuti ajaran Muhammad dan para sahabat, sehingga meski tidak secara formal muncul kalimat “ahlussunnah wal jama’ah”, tetapi umat manusia sudah diminta untuk mengikuti ajaran Nabi dan sahabatnya yang secara substantif berarti “ahlussunnah wal jama’ah”. Pada fase ini, orang-orang yang menyatakan masuk Islam secara otomatis adalah pengikut Aswaja. Oleh karena itu, saya lebih suka menamai fase ini dengan fase teologi substantif.

Selanjutnya adalah fase teologi formal. Fase ini berlangsung saat Nabi Muhammad menjelang wafat dan memberikan wejangan kepada umatnya bahwa umat Islam kelak akan terbagi ke dalam 73 golongan. Dan, semuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan, yakni golongan yang mengikuti Nabi Muhammad dan sahabat. Hadis ini yang kemudian oleh warga Nahdliyin digunakan sebagai hujjah terkait dengan madzab Aswaja. Bunyi hadisnya adalah “Ma'ana Alaihi Wa Ashabihi” di mana artinya harfiahnya adalah “Sebagaimana keadaanku sekarang dan sahabatku.”

 Kenapa saya namankan fase teologi formal? Sebab, Nabi sudah mengumumkan Aswaja sebagai aliran Islam yang akan selamat secara formal-resmi kepada umatnya. Meskipun demikian, kata “ahlussunnah wal jama’ah” sama sekali tidak disinggung dalam peristiwa ini, sehingga hanya sebagai basis ajaran atau teologi saja. Dengan alasan ini, saya lebih suka menamakan peristiwa ini sebagai fase teologi formal dalam lintasan historisitas Aswaja.

Selanjutnya, kita coba bahas sejarah Aswaja pada fase sosial-politik. Peristiwa ini muncul pada masa sesudah Nabi Muhammad wafat hingga dalam periode tertentu muncul ulama besar bernama Abu Hasan Al Asy’ari (260H - 324H, 64 tahun), tokoh Muktazilah yang kemudian keluar dan mendirikan madzab baru dengan semangat “ma’ana alaihi wa ashabihi”. Pengikut madzab ini kemudian dinamakan Asya’ariyah. Seiring populernya ajaran ini, Asy’ariyah dijadikan mazhab resmi oleh Dinasti Gaznawi di India pada abad 11-12 Masehi, sehingga pemahaman ini mudah menyebar ke berbagai wilayah, termasuk India, Pakistan, Afghanistan, sampai ke Indonesia.

Selain Abu Hasan Al Asy’ari, ada juga tokoh yang mendukung semangat “ma’ana alaihi wa ashabihi”, yaitu Abu Mansur Al Maturidi yang kemudian pengikutnya dikenal dengan Al Maturidiyah. Dua tokoh ini kemudian secara formal dikenal sebagai ulama besar yang memelopori munculnya kembali semangat ajaran Islam berwawasan ahlussunnah wal jama’ah di tengah derasnya arus Islam berwawasan Jabariyah, Qodariyah, dan Mu’tazilah yang banyak membingungkan umat Muslim.

Kita kembali kepada sejarah setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga munculnya aliran formal Ahlussunnah wal Jama’ah yang digagas dan dipopulerkan kembali oleh Al Asy’ari dan Al Maturidi. Setelah Nabi Muhammad Saw wafat, kepala negara atau pemimpin dari negara Islam yang dibuat oleh Nabi Muhammad adalah Abu Bakar Ash Shidiq. Abu Bakar dipilih sebagai pemimpin melalui sebuah musyawarah yang demokratis. Nabi Muhammad sema sekali tidak menunjuk pemimpin yang akan menggantikannya, sehingga pada akhirnya para sahabat menunjuk Abu Bakar sebagai pemimpin. Selanjutnya, pasca-Abu Bakar wafat, kepemimpinan digantikan oleh Umar Bin Khattab yang dikenal dengan beberapa ijtihadnya yang melampaui ajaran tekstual Nabi.

Pasca-Umar Bin Khattab wafat, kepemimpinannya diganti diganti oleh Ustman Bin Affan melalui sebuah pemilihan juga. Inilah dasar-dasar demokrasi praktis yang sudah dijalani pada masa khalifah Islam. Inilah kepiawaian Nabi Muhammad bahwa menjelang ia wafat sekalipun, Nabi tidak menunjuk pemimpin sehingga melahirkan sebuah sistem demokrasi praktis yang sehat pada masa awal-awal negera Islam pasca-Nabi Muhammad wafat.


Sejak Utsman Bin Affan wafat karena dibunuh pemberontak, kemelut muncul yang akhirnya perang antar-mukmin terjadi, yaitu perang antara kubu Ali dan Muawiyah. Peperangan secara militer dimenangkan oleh Ali Bin Abi Thalib, tetapi kemenangan secara diplomatis dimenangkan oleh Muawiyah yang akhirnya membawa Muawiyah sebagai khalifah. Peristiwa ini lahir istilah populer yang dikenal dengan tahkim, yaitu kelompok Muawiyah mengibarkan bendera putih dengan Al Quran berada di ujung tombok sebagai tawaran damai.
Berawal dari sini, muncul kelompok Islam baru yang menolak adanya tahkim dikenal dengan Khawarij. Kata khawarij diambil dari kata “kharaja” yang berarti keluar. Dari sini, golongan Islam sudah pecah menjadi tiga, yaitu Syiah (kelompok pendukung Ali, dari awal, tahkim, hingga akhir hayat Ali), Khawarij (pendukung Ali yang kemudian keluar pasca-peristiwa tahkim. Khawarij adalah golongan yang tidak membela Ali maupun Muawiyah karena berpendapat bahwa keduanya tidak menggunakan hukum Allah atau Al Quran), dan pendukung Muawiyah.

Jadi, tiga golongan Islam pada awalnya (terjadi sekitar tahun 40H) yang muncul adalah tiga: Syiah-Ali, Khawarij, dan Muawiyah. Saat perundingan tahkim terjadi, Ali mengutus Abu Musa Al Asy’ari  yang berlatar tokoh agama, sementara Muawiyah mengutus Amru bin Ash yang berlatar tokoh politik.

Selanjutnya, untuk menguatkan kekuasaan Muawiyah dengan dalil agama, Muawiyah membuat aliran atau golongan Islam bernama Jabariyah yang mengajarkan bahwa setiap tindakan manusia adalah kehendak Allah. Sehingga, apa yang kita lakukan sudah menjadi takdir Allah. Aliran Jabariyah juga didukung sejumlah ulama yang dekat dengan Muawiyah. Dunia politik juga berlaku pada zaman ini. Boleh jadi, ulama yang mendukung dan menyebarkan ajaran Jabariyah untuk dekat dengan kekuasaan saja. Ini hanya spekulasi politik saja. Hal ini bisa dijumpai pada ulama sekarang ini yang mendukung tokoh politik tertentu dalam Pemilu.

Saat ajaran Jabariyah menyebar, tidak semua ikut aliran ini. Aliran Jabariyah digunakan untuk melegimitasi atas kekuasaan Muawiyah dari tangan Ali, karena peperangan dan kemenangan Muawiyah semuanya sudah ditakdirkan oleh Allah. Dari sini, aliran Islam sudah empat, yaitu Syiah, Khawarij, Muawiyah, dan Jabariyah (kelanjutan dari Muawiyah). Semua pengikut Muawiyah bisa dikatakan setuju dan ikut aliran Jabariyah. Salah satu dalil dalam Al Quran yang digunakan Jabariyah adalah “Wamaa ramaita idzromaita walaaa kinnalllaaha ramaa”
وما رميت إذ رميت ولكن الله رمى
Artinya: “Tidaklah engkau memanah, pada saat memanah, akan tetapi Allah lah yang memanah.”

Merebaknya ajaran Jabariyah membuat situasi semakin rumit, banyak orang-orang yang malas bekerja karena yakin bahwa apa yang ia lakukan adalah kehendak Allah. Pun, pengemis banyak bermunculan akibat doktrin aliran Jabariyah ini dan perekonomian mulai goyah. Banyak orang yang sekadar beribadah ritual, tetapi tidak berusaha dan bekerja karena yakin bahwa rejeki sudah diatur oleh Allah. Aliran ini dalam istilah modern dikenal dengan “fatalism”. Padahal, aliran Jabariyah secara politis digunakan Muawiyah untuk melegitimasi caranya mengalahkan Ali melalui tahkim atau arbitrase, bukan muncul secara “murni” sebagai ajaran untuk kemaslahatan umat.

Respons atas kemelut ini, cucu Ali Bin Abi Thalib yang bernama Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib membuat aliran baru yang kemudian dikenal dengan Qodariyah. Aliran Qodariyah mengajarkan kepada umat Muslim bahwa manusia memiliki kehendak dan bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Dalam hal ini, Allah tidak memiliki ikut campur dalam setiap kehendak manusia. Dalil Al Quran yang populer untuk melegitimasi aliran ini adalah QS Ar-Ra’d ayat 11 yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Aliran Qodariyah muncul sebagai doktrin untuk melawan dan melakukan kritik terhadap aliran Jabariyah yang kian meresahkan umat. Pencuri pun akan mengaku bahwa apa yang dia lakukan adalah kehendak Allah. Dari sini aliran Jabariyah mulai luntur seiring runtuhnya kekhalifahan Muawiyah (Umayah) yang diganti dengan kekhalifahan Dinasti Abassiyah. Pada pemerintahan Dinasti Abassiyah ini, doktrin Qodariyah menjadi aliran paling populer hingga menjadi pondasi dan semangat untuk melakukan pembangunan negara. Tak ayal, paham Qodariyah paling tidak membantu Dinasti Abassiyah untuk melakukan reformasi besar-besaran dan menjadi negara maju dalam berbagai aspek, seperti ilmu pengetahuan.

Seiring populernya aliran Qodariyah, paham ini kemudian mengalami metamorfosa menjadi aliran Mu’tazilah yang serba menggunakan logika dalam setiap ijtihadnya. Bahkan, keturunan Abas selanjutnya menjadikan ajaran Mu’tazilah sebagai aliran resmi negara di mana setiap warga wajib menggunakan doktrin Mu’tazilah sebagai aliran pemikiran (manhajul fikr) umatnya. Beberapa peristiwa sampai pada pembunuhan terhadap setiap warganya yang tidak menggunakan aliran mu’tazilah.

Berawal dari sini, seorang ulama besar pada masanya yang mulanya pengikut Mu’tazilah dan mengatakan keluar untuk mendirikan madzab atau aliran baru dengan semangat “maa anna alaihi wa ashabihi.” Ulama tersebut bernama Abu Hasan Al Asy’ari. Al Asy’ari menyatakan netral, bukan menjadi bagian dari Jabariyah atau Qodariyah atau Mu’tazilah, tetapi ia ingin membangun kembali semangat ajaran yang dipesan Nabi Muhammad untuk mengikuti sunnah dan para sahabatnya.

Oleh Al Asy’ari, paham tersebut ia sebut sebagai Ahlussunah wal Jama’ah. Dari sini, sudah bisa dimengerti bahwa Jabariyah adalah aliran fatalism yang menganut kepada takdir. Sementara, Qodariyah adalah bertolak belakang dengan Jabariyah, yaitu manusia punya kehendak dan berlanjut dengan aliran Mu’tazilah di mana manusia punya kehendak sepenuhnya (free will) dan mengedepankan rasio atau akal sepenuhnya. Berbeda dengan ajaran Asy’ariyah yang menyatakan bahwa manusia punya kehendak, tetapi dalam porsi tertentu dibatasi oleh takdir Allah.


Dalam hal ini, ulama besar seperti Abu Mansur Al Maturidi juga mempelopori aliran bernama Al Maturidiyah yang juga dengan semangat “maa anna alaihi wa ashabihi”. Dua tokoh ini bisa dikatakan sebagai bapak Ahlussunah wal Jama’ah dalam bidang tauhid atau teologi. Sementara itu, ulama-ulama besar yang ijtihad fiqihnya mendasarkan pada Ahlussunah kemudian kita kenal dengan imam empat madzab, yakni Imam Hanafi, Imam Syafi’I, Imam Hambali, dan Imam Maliki.

Imam Hambali menjadi korban atas doktrin Mu’tazilah hingga imam Hambali dipenjara dan dihukum oleh dua khalifah berturut-turut (al Ma’mun dan al Mu’tasim) dalam pemerintahan Abbasiyah. Sementara itu, ulama Aswaja di bidang tasawuf yang dikenal pertama kali adalah Imam al Gazali dan Imam Abu Qasim Al-Junaidy. Inilah sejarah Aswaja pada fase sosial-politik.

Seiring berkembangnya ajaran Aswaja sebagai aliran pemikiran yang dirasa mampu mengakomodasi kepentingan ibadah-rohaniyah umat Muslim, Islam Aswaja atau orang juga populer menyebutnya Sunni berkembang pesat hingga ke berbagai penjuru dunia di mana masing-masing kelompok Islam menggunakan ideologi Aswaja. Salah satu kelompok atau perkumpulan Islam yang menganut Aswaja sebagai ideologi dan metode berpikir (manhaj al-fikr). Fase ini kemudian disebut dengan fase ideologi. Pada fase ini, Aswaja menjadi ideologi yang secara formal menjadi visi, spirit dan manhaj al fikr bagi perkumpulan atau organisasi keislaman. Dalam fase ini pula, banyak organisasi yang kemudian saling klaim bahwa dirinya adalah organisasi Islam bermadzab Aswaja.

Hadirnya para penyebar agama Islam di Nusantara seperti Walisongo memberikan warna bagi tumbuh suburnya aliran Aswaja di Indonesia. Walisongo menyebarkan Islam dengan cara damai, akomodatif, moderat, toleran dan berpegang pada mengambil maslahat dan menolak kemudaratan sebagai konsep yang dibawa oleh para ulama pendahulu yang mengusung Aswaja. Spekulasi saya, cara Walisongo dalam menyebarkan Islam di Nusantara juga berpedoman pada Aswaja.

Di Indonesia, tokoh yang digadang-gadang sebagai Bapak Aswaja Indonesia boleh jadi adalah KH Hasyim Asy’ari yang merupakan founding father pesantren Tebu Ireng, pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20 an. Kenapa saya katakan Bapak Aswaja? Sebab Hasyim Asy’ari lah yang merumuskan secara formal bagaimana organisasi Islam yang ia bentuk (Nahdlatul Ulama) harus menggunakan aliran Aswaja sebagai manhajul fikr.

Bersama dengan ulama penting lainnya, Hasyim Asy’ari membentuk organisasi Islam bernama Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926 dengan Aswaja sebagai landasan dan manhajul fikr-nya. Begini kutipannya, “Adapoen maksoed perkoempoelan ini jaitoe : Memegang dengan tegoeh pada salah satoe dari mazhabnja Imam Empat, jaitoe Imam Moehammad bin Idris Asj Sjafi’i, Imam Malik bin Anas, Imam Aboe Hanifah an Noe’man atau Imam Ahmad bin Hambal, dan mengerdjakan apa sadja jang mendjadikan kemaslahatan agama Islam.”


NU secara eksplisit menjelaskan bahwa tujuan awal dibentuknya NU adalah untuk mengembangkan ajaran-ajaran Islam ala Ahlussunnah wal Jama’ah dan melindunginya dari penyimpangan kaum pembaharu dan modernis. Aswaja juga menjadi landasan atas semua prilaku dan keputusan yang berlaku di NU. Bukan hanya landasan dalam kehidupan beragama, tetapi menjadi landasan moral di setiap kehidupan sosial-politik NU.

Bertolak dari sini, ada beberapa prinsip yang menjadi landasan dalam kehidupan kemasyarakatan NU (hasil dari ijtihad KH Akil Siraj) yaitu tawasuth (moderat, sikap tengah-tengah, sedang, tidak ekstrim kiri atau ekstrim kanan), tasamuh (toleransi), tawazun (seimbang dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan dalil 'aqli dan dalil naqli), dan Amar ma’ruf nahi munkar. Demikian sejarah lengkap Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja)

http://www.islamcendekia.com/2014/09/sejarah-lengkap-ahlussunnah-wal-jamaah-aswaja.html?m=1

Sabtu, 18 November 2017

Wali Mashur dan Mastur

JENIS-JENIS WALI
Wali didefiniskan dengan perincian yg sangat detail dan spesifik yg tidak mungkin bisa kita bahas semua disini karena luasnya lautan samudra Sirr (Rahasia) yg dimiliki oleh mereka para WaliyuLlah

Tapi saya ingin menekankan pada 2 Jenis Wali, yaitu Wali Masyhur dan Mastur. 
Wali Masyhur adalah wali yg diangkat derajatnya oleh Allah dan dia ditenarkan di bumi, ada yg memang disuruh untuk menampakkan karamahnya dimana ini sangat jarang, 3 : 1000,kalam lain Sejuta banding 1,sprti Syekh Abu Bakar bin Salim, Imam Abdullah bin Alwi Alhaddad, Alhabib Ali Alhabsyi Shohibul Maulid SimtudDuror, Habib Sholeh Tanggul, mereka memang Disuruh Menampakkan Karamahnya Sebanyak Mungkin oleh Allah جل جلاله karena mereka sangat istimewa derajatnya di sisi Allah سبحانه وتعالى, dan ini adalah bentuk dakwah mereka.

Ada juga Wali Mastur, yaitu Wali yg ditutup kewaliannya oleh Allah, dan hanya sedikit orang yg bisa mengetahuinya, bahkan mereka oleh Allah disuruh menutupi karamahnya, dan sebagian dari mereka malah menolak menunjukkan karamahnya karena tawaddhu'nya.

Wali adalah lautan samudra tanpa batas, yg sangat rumit untuk dipelajari, dan tidak ada yg mengetahui pastinya kecuali mereka sendiri, sprti kalam Alhabib Abu Bakar Al Adni bin Abdullah Al'aydrus, لا يعرف الوالي إلا الوالي, tidak ada yg mengetahui (hakekat keilmuan) wali, kecuali mereka para wali sendiri, maka hendaknya bagi kita agar berhusnudzzon kepada SEMUA makhluk Allah, karena barangkali dia adalah seorang Wali Mastur, yg memang Allah سبحانه وتعالى menyuruh dia untuk menutupi kewaliannya, yg dengan itu mereka tak dianggap di bumi, tapi tenar di langit seperti Sayyidina Uwais Al-Qarni.

Semoga kita semua berkumpul di Surga Firdaus bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan Semua WaliyuLlah, bersama seluruh Sanak Keluarga, kerabat, dan seluruh kaum muslimin آمين آمين يارب العالمين
Wallahu A'lam semoga bermanfaat
و صلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم و الحمد لله رب العالمين

Wanita Paling dekat sayyidatuna fatimah azzahra

Wanita yang paling dekat dengan sayyidatuna fatimah azzahra diakherat nanti adalah wanita yang paling sempurna menjaga auratnya, bukan yang dekat dengan nasabnya tapi bebas membuka aurat.

Al-allamah habib ali mahsyur bin hafidz

Manfaat Kalimat Basmalah Yang Luar Biasa

HIKMAH OLEH HABIB NOVEL ALATAS,

۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞

“Jikalau engkau terbiasa mengucapkan kalimat basmalah disetiap ingin memulai pekerjaan, maka nanti pada hari kiamat disaat engkau menerima lembaran amal perbuatanmu selama didunia, engkau akan memulai membacanya dengan kalimat basmalah sebagaimana kebiasaanmu didunia.

Kemudian tanpa engkau sedari, seluruh dosamu telah dihapuskan, maka engkau pun hairan dengan apa yang telah terjadi (padahal engkau telah banyak berbuat kemaksiatan ketika didunia). Seketika itu terdengarlah seruan:

“Wahai hambaku, sesungguhnya engkau telah memanggilku dengan Rahman dan Rahim (Maha Pengasih dan Maha Penyayang) maka aku hapuskan seluruh dosa-dosamu kerana sifatku yang maha kasih.”

[Al-Imam Syeikh Muhammad Mutawalli Asy-Sya'rawi ‎رحمه الله تعالى]