Sabtu, 30 September 2017

Munajat Dalam Kegelapan

MUNAJAT DALAM KEGELAPAN

Ketika sanubariku keruh dan terbenam dalam gelapnya kesulitan dan kesempitan, sanubariku meraung menahan sakitnya benturan benturan permasalahan yg bagaikan hujan lebat terus mendera tubuhku, aku berusaha menghindar dan menyelamatkan diri, namun hantaman hantaman kesulitan tindih menindih membuatku roboh tak berdaya, panca inderaku gelap tak memiliki rasa, mataku terbuka dan seluruh pemandangan berubah menjadi selubung pekat yg mengerikan, telingaku mendengar suara suara namun mendadak bagaikan dihambat dengan ketulian yg kelam, alam pemikiranku lumpuh, kedua telapak tangan dan jari jariku bergetar, hatiku bagai hangus terbakar oleh gemuruh lahar kerisauan.....

Apa yg bisa kuperbuat..????,

aku tidak tahu, semua jalan keluar yg kutempuh tertutup rapat.., semua orang masa bodoh atas kesulitan dan raunganku, seakan aku hidup sendiri di alam ini..

Aku rebah terhenyak.......
tiba tiba terdengarlah suara lirih dari Firman Tuhanku..

WA NAADAA FIDHULUMAAT.. AN LAA ILAAHA ILLA ANTA.., SUBHANAKA INNIY KUNTU MINADDHAALIMIIN.., FASTAJABNAA LAHU WANAJJAYNAAHU MINAL GHAMMI WAKADZAALIKA NUNJIYYIL MU'MININ.....

Aku tersentak kaget.. ah.. Kisah Yunus as.., ketika Allah swt menceritakannya dengan jelas,
"DAN DIA (Yunus) MEMANGGIL (KU) DALAM KEGELAPAN.. BAHWA TIADA TUHAN SELAIN ENGKAU, MAHA SUCI ENGKAU.. SUNGGUH AKU TERMASUK ORANG YG DHALIM.., MAKA KAMI MENJAWAB DOANYA, DAN KAMI MENYELAMATKANNYA DARI KEGUNDAHAN DAN PERMASALAHAN DAN DEMIKIAN PULA KAMI MENYELAMATKAN ORANG ORANG MUKMIN"

(Al Anbiya 87)

Betapa sempit dan adakah lagi kesempitan dan kebingungan lebih dari yg menimpa Nabiyallah Yunus as saat itu?, ditelan oleh seekor ikan raksasa dan hidup merangkak didalam perut hewan itu.. betapa busuknya.. betapa gelapnya.. betapa sempit dan kalutnya Yunus as saat itu, ditelan oleh seekor ikan besar dan dibawa kepada kedalaman Samudera raya..

Ia tak mungkin memanggil siapapun, tak pula bisa berbuat apapun.. namun cerita ini dikisahkan kembali oleh Nya seakan Dia berseru :

Akulah Raja Tunggal Maha Penguasa Kegelapan Samudera, Akulah yang Maha Menemaninya saat ia dalam kesendirian, Aku Maha Tunggal Mendengar tangisannya yg terbenamkan dalam pekatnya Samudera, Masihkah ada selainku yg mendengar panggilannya.
Saat itu memang sudah tak ada lagi yg bisa diharapkan selain Nya, maka Dia menceritakannya dengan indah

: "Maka ia Memangil manggil Ku dalam kegelapan..", kegelapan perut ikan, kegelapan perasaan, kegelapan masalah yg terpekat..
"ia memangil manggil Ku dalam kegelapan.. Tiada Tuhan Selain Mu, Maha Suci Engkau, sungguh aku dari kelompok hamba yg dhalim.."

Tak ada keselamatan dari Siksa Nya selain dengan Kalimat Tauhid, sebagaimana Hadits Qudsiy yg berbunyi :

"Laa ilaaha illallah adalah Benteng Ku, barangsiapa yg mengucapkannya maka ia masuk dalam benteng Ku, barangsiapa masuk dalam benteng Ku maka ia aman dari siksa Ku"

Maka Yunus as memulai doanya, memanggil mangil Maha Raja Penguasa Samudera Kegelapan dan Maha Menemani setiap kesendirian, Maha Raja Yang Menciptakan Terang Benderang dan Kegelapan di Kerajaan Alam Semesta, ia memulai doanya dengan
"Laa ilaaha illan anta"Tiada Tuhan selain Engkau..
Lalu Yunus meneruskan doanya dengan mensucikan Allah..bertasbih kepada Allah.. Dia Yang Tak satupun menghalangi Pandangan Nya, Maha Suci Raja Yang selalu disucikan selamanya oleh sekalian Alam.., dan Dia pula telah berfirman :  " KALAU BUKAN KARENA IA (Yunus) ORANG YG SUKA BERTASBIH MENSUCIKAN ALLAH, NISCAYA IA AKAN TETAP DIDALAM PERUT IKAN ITU HINGGA HARI KEBANGKITAN"

Maka Yunus meneruskan doanya dengan kalimat SUBHANAKA maha suci Engkau.. Inniy kuntu minaddhaalimiin.. sungguh aku termasuk golongan orang yg dhalim.. (Yunus as marah dan meninggalkan ummatnya sebelum diizinkan Allah), Ia mengadu, mengaku, dan berharap cemas semoga Maha Pemelihara Tunggal ini masih memaafkannya, maka Dia Allah meneruskan firman Nya, MAKA KAMI TERIMA SERUANNYA, DAN KAMI MENYELAMATKANNYA DARI KESULITAN..

betapa tak berartinya seluruh musibahku ini dibanding orang yg ditelan hewan raksasa lalu dibawa tenggelam ke Dasar Samudera.. muncul harapan dihatiku.. berarti aku harus banyak mengucapkan kalimat Tauhid, Tasbih dan mengakui kesalahanku pada Nya, Niscaya Dia akan menolongku dari kesulitan ini..
Tiba tiba batinku merintih lagi.. ah.. tak mungkin.. itukan untuk Nabi Yunus..", siapakah aku hingga akan pula akan ditolong Allah?, ini hanyalah kekhususan Yunus as, Nabi Allah,
tiba tiba aku teringat akhir ayat itu.. WA KADZALIKA NUNJIYYIL MU?MINIIIN, dan begitupula kami menyelamatkan orang orang yg mukmin?

Maha Suci Engkau Wahai Menyingkap kegelapan malam dan membuatnya terang benderang, beribu hati gelap dan pekat telah pula kau singkapkan kesedihan mereka dengan pengabulan doa hingga hati gelap dan kelam itu berubah menjadi terang benderang dengan kegembiraan oleh Matahari Keluhuran Mu..

Kau simpan rahasia kelembutan Mu dalam ayat pendek ini..,
bahwa Kau Maha Siap mengulurkan jari jari takdir kelembutan yg memutus rantai rantai takdir Mu yg mencekik dan menghanguskan sanubari ini dengan Munajat dan Doa kami, sebagaimana Hadits Nabi Mu saw,

Tiadalah Yang Mampu menolak ketentuan Nya, selain Doa. Hanya doa dan rintihan di Pintu Kemegahan Mu yang akan menyingkirkan segala kesulitan ini..

Maka aku bermunajat Sebagaimana Munajat Nabiku Muhammad saw :

Wahai Allah......
Demi orang orang yg bermunajat meminta kepada Mu,
Demi orang orang yang bersemangat menuju keridhoan Mu,......
dan juga demi doa Yunus as dan seluruh pemiliki sanubari luhur yg menginjak Bumi Mu dari zaman ke zaman,......
Demi berjuta telapak tangan yg telah terangkat bermunajat pada Mu......
Demi Doa Yunus ketika didalam perut hewan raksasa di dasar Samudera, Yang sebab doanya lah kau bukakan Rahasia pertolongan Mu......
dan demi Keteguhan Ibrahim as yg membuat api Namrud menjadi tunduk dan dingin..
dan Demi Munajat Nabi Muhammad saw, yg merupakan Munajat Terluhur dari seluruh Munajat Hamba Mu di Kerajaan Alam Semesta......

Bebaskan Aku dari segala kesempitan, bebaskan aku dari dasar samudera kesulitan yg membuatku tenggelam dan Buta dari kegembiraan, yg membuatku ditelan oleh dosa dan merangkak diperut dosa yg penuh dg busuknya bangkai kehinaan dalam keadaan Lumpuh dari harapan, akulah hamba yg merangkak diperut dosa.. ditenggelamkan ke dasar Samudera kesulitan" memanggil manggil Nama Agung Mu.....
memanggil manggil satu satunya gerbang harapan bagi para pendosa..... selamatkan aku dari segala kesulitan.... Tiada Tuhan Selain Engkau..
aku tak akan menyembah selain Mu..
tak pula akan sujud pada selain Mu.. penghambaanku hanya untuk Mu..
tak pula akan memilih Tuhan Lain selain Mu..
bila muncul dihadapanku Tuhan lain dengan menyiapkan seluruh kenikmatan dan kemewahan abadi diahadapanku.. niscaya kuhempaskan dan kutolak seluruh anugerahnya, aku akan berpaling dan berlari kepada Mu.. Menuju Tuhanku Yang Maha Tunggal
Tetap Engkau Maha Tunggal Tuhanku.. hanya Engkau Rabbiy.. hanya Engkau Pilihanku.. hanya Engkau.. Maha Suci Engkau dengan segala kesucian.. maka singkirkanlah segala kesulitan ini sebagaimana Ibu yg menepiskan bekas noda dari wajah bayinya.. Rabbiy?Rabbiy.. Sungguh aku telah berbuat kedhaliman.. sungguh aku telah mengingkari perintah Mu.. namun kemana aku akan pergi menyelamatkan diri kalau bukan kepada Mu....
Demi Keluhuran Muhammad saw..
Demi Munajat Muhammad saw..
Demi Keindahan Muhammad saw
Demi Kewibawaan Muhammad saw.. Demi Mukjizat Muhammad saw..
Demi Syafaat Muhammad saw..
Yang kesemua itu mencerminkan Keindahan Mu dan Kesempurnaan Mu Rabbiy, Maka Maha Suci Engkau dan segala Puji atas Mu Tuhan sekalian Alam.....

Senin, 25 September 2017

DALIL ZIARAH KUBUR,DAN SAMPAIKAH PAHALA DOA DAN BACAAN ALQURAN KEPADA SI MAYIT??

DALIL ZIARAH KUBUR, DAN SAMPAIKAH PAHALA DOA DAN BACAAN ALQURAN  KEPADA MAYIT ???

كُنْتُ نَهَيْتُكُم عَنْ زِيَارَةِ القُبُورِ, فَزُورُوهَا, وَفِي

رِوَايَةٍ فَإنَّهَا تُذَكِّرُكُم.. بالآخرة

“Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, namun kini berziarahlah kalian!. Dalam riwayat lain; ‘(Maka siapa yang ingin berziarah kekubur, hendaknya berziarah), karena sesungguhnya (ziarah kubur) itu mengingat- kan kalian kepada akhirat’. (Shahih Muslim hadits no.977 dan 1977)

Tentang amalan terputus bagi si mayit bagaimana??

BERLANDASKAN

Hadits riwayat Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’i dan Ahmad:

عَنْ أبِى هُرَيْرَة (ر) أنَّ رَسُول الله .صَ. قَالَ: إذَا مَاتَ الإنسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ:

(صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ, اَووَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُولَهُ (رواه ابو داود)

“Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya.” (HR Muslim).

INI ADALAH TENTANG SI MAYIT, BUKAN TENTANG YANG AKAN KIRIM PAHALA KEPADA SI MAYIT......

karena Rasulullah SAW menjelaskan terputusnya amal si mayyit, bukan amal orang lain yg dihadiahkan untuk si mayyit, dan juga sebagai hujjah bahwa Allah memerintahkan di dalam Al Qur'an untuk mendoakan orang yg telah wafat :

"WAHAI TUHAN KAMI AMPUNILAH DOSA-DOSA KAMI DAN BAGI SAUDARA-SAUDARA KAMI YG MENDAHULUI KAMI DALAM KEIMANAN"

(QS Al Hasyr-10).

DIKUATKAN LAGI DENGAN

Ali bin Abi Thalib k.w.
bahwa Rasul SAW bersabda:

Barangsiapa lewat melalui kuburan, kemudian ia membaca
Qul Huwallahu Ahad 11x dengan niat menghadiahkan pahalanya pada para penghuni kubur, ia sendiri akan memperoleh sebanyak yang diperoleh semua penghuni kubur.

Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwasanya Nabi SAW bersabda:

Barangsiapa yang berziarah di kuburan, kemudian ia membaca
Al Fatihah
Qul Huwallahu Ahad
Alhakumut takatsur
Lalu ia berdoa : Ya Allah, kuhadiahkan pahala pembacaan firmanMu pada kaum Mu'minin dan Mu'minat penghuni kubur ini, maka mereka akan menjadi penolong baginya(pemberi syafaat) pada hari kiamat.

Hadits-hadits tersebut diatas dijadikan dalil yang kuat oleh para ulama untuk menfatwakan kebolehan membaca Al Quran bagi orang yang telah wafat.

Imam Nawawi dalam Syarhul Muhadzdzib mengatakan:

Disunnahkan bagi orang yang berziarah ke kekuburan membaca beberapa ayat Al Qur'an dan berdoa untuk penghuni kubur.
Pernyataan ini dibenarkan oleh Imam Syafi'i dan disepakati bulat oleh para sahabatnya.

Setelah menjelaskan pendapat-pendapat dan fatwa para ulama dari empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali), Imam Nawawi menyimpulkan bahwa ;

Membaca Al Qur'an bagi arwah orang-orang yang telah wafat dilakukan juga oleh kaum Salaf.

Imam Nawawi mengutip penegasan Syaikh Taqiyyuddin Abul Abbas Ahmad bin Taimiyyah yang menegaskan:

Barangsiapa berkeyakinan bahwa seseorang hanya dapat memperoleh pahala dari amal perbuatannya sendiri, ia menyimpang dari ijma.
Para ulama dan dilihat dari berbagai sudut pandang, keyakinan demikian itu tidak dapat dibenarkan.

Berkata Imam Nawawi, Yang lebih terkenal dari madzhab Syafi'i, bahwa pahalanya tidak sampai pada mayat. Sedangkan menurut Ahmad bin Hanbal, dan segolongan sahabat-sahabat Syafi'i, sampai (pahalanya) kepada mayat.

Bagi yang memakai imam Syafi'i Maka sebaiknya setelah membaca, si pembaca mengucapkan:

" Ya Allah, sampaikanlah pahala seperti pahala bacaan saya itu kepada si Fulan bin Fulan"

Hanya saja disyaratkan agar si pembaca tidak menerima upah atas bacaannya itu. Jika diterimanya, haramlah hukumnya, baik bagi si pemberi maupun si penerima, sedang bacaannya itu hampa, tidak beroleh pahala apa-apa.

BAGAIMANA DENGAN SEDEKAH??

Imam Nawawi telah menceritakan adanya ijma. bahwa sedekah berlaku atas mayat dan sampai pahala padanya, baik ia berasal dari anak, maupun dari lainnya.

Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, Ayahku meninggal dunia, dan ia meninggalkan harta serta tidak memberi wasiat. Apakah dapat menghapus dosanya bila saya sedekahkan?
Ujar Nabi SAW, "Dapat"

[HR. Ahmad, Muslim dari Abu Hurairah]

Dan tidak disyariatkan mengeluarkan sedekah itu di pekuburan, dan makruh hukumnya bila dikeluarkan beserta jenazah.

Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a katanya: Seorang wanita telah datang menemui Rasulullah s.a.w dan berkata:

Ibuku telah meninggal dunia dan masih mempunyai puasa ganti selama sebulan. Baginda bertanya kepada wanita itu dengan sabdanya: Bagaimana pendapatmu jika ibumu itu masih mempunyai hutang, adakah kamu akan membayarnya? Wanita itu menjawab: Ya.
Lalu Rasulullah s.a.w bersabda: Hutang kepada Allah itu lebih berhak untuk dibayar.
(HR. Bukhori dan Muslim)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa seorang wanita dari Juhainah datang kepada Nabi SAW lalu bertanya, Ibuku bernadzar akan melakukan haji, tapi belum juga dipenuhinya sampai ia meninggal. Apakah akan saya lakukan haji itu untuknya? Ujar Nabi SAW, ?Ya, lakukanlah! Bagaimana pendapatmu jika ibumu berhutang, adakah kamu akan membayarnya? Bayarlah, karena Allah lebih berhak untuk menerima pembayaran.(HR. Bukhori)

Diriwayatkan oleh Daruquthni bahwa seorang laki-laki bertanya, Ya Rasulullah SAW, saya mempunyai ibu bapak yang selagi mereka hidup, saya berbakti kepadanya. Maka bagaimana caranya saya berbakti kepada mereka, setelah mereka meninggal dunia?
Ujar Nabi SAW :
Berbakti setelah mereka meninggal, caranya ialah dengan melakukan shalat untuk mereka disamping shalatmu, dan berpuasa untuk mereka disamping puasamu.

Berkata Ibnu Ukeil, Jika seseorang melakukan amal kebajikan seperti shalat, puasa, dan membaca Al Qur`an dan dihadiahkannya, artinya pahalanya diperuntukkannya bagi mayat muslim, maka amal itu didahului oleh niat yang segera disertai dengan perbuatan.

Dalam Al-Mughni oleh Ibnu Qudamah: Berkata Ahmad bin Hanbal, Apa pun macam kebajikan, akan sampai kepada si mayat, berdasarkan keterangan-keterangan yang diterima mengenai itu, juga disebabkan kaum muslimin biasa berkumpul di setiap negeri dan membaca Al-Qur`an lalu menghadiahkannya kepada orang-orang yang telah meninggal di antara mereka, dan tak seorang pun yang menentangnya, hingga telah merupakan ijma.

Menghadiahkan Fatihah, atau Yaasiin, atau dzikir, Tahlil, atau shadaqah, atau Qadha puasanya dan lain lain, itu semua sampai kepada Mayyit, dengan Nash yg Jelas dalam

Shahih Muslim hadits no.1149,

“seorang wanita bersedekah untuk Ibunya yg telah wafat dan diperbolehkan oleh Rasul saw”, dan adapula riwayat Shahihain Bukhari dan Muslim bahwa “seorang sahabat menghajikan untuk Ibunya yg telah wafat”, dan Rasulullah SAW pun menghadiahkan Sembelihan Beliau SAW saat Idul Adha untuk dirinya dan untuk ummatnya, “Wahai Allah terimalah sembelihan ini dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan dari Ummat Muhammad”
(Shahih Muslim hadits no.1967).

dan hal ini (pengiriman amal untuk mayyit itu sampai kepada mayyit) merupakan Jumhur (kesepakatan) Ulama seluruh madzhab dan tak ada yg memungkirinya apalagi mengharamkannya, dan perselisihan pendapat hanya terdapat pada madzhab Imam Syafi’i, bila si pembaca tak mengucapkan lafadz : “Kuhadiahkan”, atau wahai Allah kuhadiahkan sedekah ini, atau dzikir ini, atau ayat ini..”, bila hal ini tidak disebutkan maka sebagian Ulama Syafi’iy mengatakan pahalanya tak sampai.

Jadi tak satupun ulama ikhtilaf dalam sampai atau tidaknya pengiriman amal untuk mayiit, tapi berikhtilaf adalah pd Lafadznya.
Demikian pula Ibn Taimiyyah yg menyebutkan 21 hujjah (dua puluh satu dalil) tentang Intifa’ min ‘amalilghair (mendapat manfaat dari amal selainnya). Mengenai ayat :
"DAN TIADALAH BAGI SESEORANG KECUALI APA YG DIPERBUATNYA, maka Ibn Abbas ra menyatakan bahwa ayat ini telah mansukh dg ayat “DAN ORAN ORANG YG BERIMAN YG DIIKUTI KETURUNAN MEREKA DENGAN KEIMANAN”,

Mengenai rangkuman tahlilan itu, tak satupun Ulama dan Imam Imam yg memungkirinya, siapa pula yg memungkiri muslimin berkumpul dan berdzikir?, hanya syaitan yg tak suka dengan dzikir.
Didalam acara Tahlil itu terdapat ucapan Laa ilaah illallah, tasbih, shalawat, ayat qur’an, dirangkai sedemikian rupa dalam satu paket dg tujuan agar semua orang awam bisa mengikutinya dengan mudah, ini sama saja dengan merangkum Al Qur’an dalam disket atau CD, lalu ditambah pula bila ingin ayat Fulani, silahkan Klik awal ayat, bila anda ingin ayat azab, klik a, ayat rahmat klik b, maka ini semua dibuat buat untuk mempermudah muslimin terutama yg awam.
Atau dikumpulkannya hadits Bukhari, Muslim, dan Kutubussittah, Alqur’an dengan Tafsir Baghawi, Jalalain dan Ilmu Musthalah, Nahwu dll, dalam sebuah CD atau disket, atau sekumpulan kitab,
bila mereka melarangnya maka mana dalilnya ?,

munculkan satu dalil yg mengharamkan acara Tahlil?, (acara berkumpulnya muslimin untuk mendoakan yg wafat) tidak di Al Qur’an, tidak pula di Hadits, tidak pula di Qaul Sahabat, tidak pula di kalam Imamulmadzahib, hanya mereka saja yg mengada ada dari kesempitan pemahamannya.

Mengenai 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari, atau bahkan tiap hari, tak ada dalil yg melarangnya, itu adalah Bid’ah hasanah yg sudah diperbolehkan oleh Rasulullah saw, justru kita perlu bertanya, ajaran muslimkah mereka yg melarang orang mengucapkan Laa ilaaha illallah?, siapa yg alergi dengan suara Laa ilaaha illallah kalau bukan syaitan dan pengikutnya ?, siapa yg membatasi orang mengucapkan Laa ilaaha illallah?, muslimkah?, semoga Allah memberi hidayah pada muslimin, tak ada larangan untuk menyebut Laa ilaaha illallah, tak pula ada larangan untuk melarang yg berdzikir pada hari ke 40, hari ke 100 atau kapanpun, pelarangan atas hal ini adalah kemungkaran yg nyata.

Bila hal ini dikatakan merupakan adat orang hindu, maka bagaimana dengan computer, handphone, mikrofon, dan lainnya yg merupakan adat orang kafir, bahkan mimbar yg ada di masjid masjid pun adalah adat istiadat gereja, namun selama hal itu bermanfaat dan tak melanggar syariah maka boleh boleh saja mengikutinya, sebagaimana Rasul saw meniru adat yahudi yg berpuasa pada hari 10 muharram, (shahih Bukhari) bahwa Rasul saw menemukan orang yahudi puasa dihari 10 muharram karena mereka tasyakkur atas selamatnya Musa as, dan Rasul saw bersabda : Kami lebih berhak dari kalian atas Musa as, lalu beliau saw memerintahkan muslimin agar berpuasa pula”
(HR Shahih Bukhari hadits no.3726, 3727).

Sebagaimana pula diriwayatkan bahwa Imam Masjid Quba di zaman Nabi saw, selalu membaca surat Al Ikhlas pada setiap kali membaca fatihah, maka setelah fatihah maka ia membaca AL Ikhlas, lalu surat lainnya, dan ia tak mau meninggalkan surat al ikhlas setiap rakaatnya, ia jadikan Al Ikhlas sama dengan Fatihah hingga selalu berdampingan disetiap rakaat, maka orang mengadukannya pada Rasul saw, dan ia ditanya oleh Rasul saw : Mengapa kau melakukan hal itu?, maka ia menjawab : Aku mencintai surat Al Ikhlas. Maka Rasul saw bersabda : Cintamu pada surat Al ikhlas akan membuatmu masuk sorga” (Shahih Bukhari).

Maka tentunya orang itu tak melakukan hal tsb dari ajaran Rasul saw, ia membuat buatnya sendiri karena cintanya pada surat Al Ikhlas, maka Rasul saw tak melarangnya bahkan memujinya.

Kita bisa melihat bagaimana para Huffadh (Huffadh adalah Jamak dari Al hafidh, yaitu ahli hadits yg telah hafal 100.000 hadits (seratus ribu) hadits berikut sanad dan hukum matannya) dan para Imam imam mengirim hadiah pd Rasul saw :
•Berkata Imam Alhafidh Al Muhaddits Ali bin Almuwaffiq rahimahullah : “aku 60 kali melaksanakan haji dengan berjalan kaki, dan kuhadiahkan pahala dari itu 30 haji untuk Rasulullah saw”.
•Berkata Al Imam Alhafidh Al Muhaddits Abul Abbas Muhammad bin Ishaq Atssaqafiy Assiraaj : “aku mengikuti Ali bin Almuwaffiq, aku lakukan 7X haji yg pahalanya untuk Rasulullah saw dan aku menyembelih Qurban 12.000 ekor untuk Rasulullah saw, dan aku khatamkan 12.000 kali khatam Alqur’an untuk Rasulullah saw, dan kujadikan seluruh amalku untuk Rasulullah saw”.
ia adalah murid dari Imam Bukhari rahimahullah, dan ia menyimpan 70 ribu masalah yg dijawab oleh Imam Malik, beliau lahir pada 218 H dan wafat pada 313H
•Berkata Al Imam Al Hafidh Abu Ishaq Almuzakkiy, aku mengikuti Abul Abbas dan aku haji pula 7X untuk rasulullah saw, dan aku mengkhatamkan Alqur’an 700 kali khatam untuk Rasulullah saw. (Tarikh Baghdad Juz 12 hal 111).

Wallahu a’lam

Jumat, 22 September 2017

Makna Sayidina Dalam Solawat dan Solat

Oleh: Ustadz Jakfar Alhaddar Sangata, Alumi Mahad Sunniyah Salafiyah Pasuruan

Imam Ibnu Hajar Al Haitsami dalam kitabnya Addurul-Mandhud hal.79 mengatakan:

Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai penambahan kata “Sayyidina” di dalam shalawat ketika shalat. Menurut Al Majd al Lughawi: “Zahirnya hendaknya tidak menambah lafad Sayyidina untuk menyesesuaikan dengan lafadz shalawat yang datang dari Nabi Muhammad SAW.”

Sedangkan al Isnawi mengatakan, “Seingatku, Syaikh Izzuddin bin Abdissalam mendasari hukum masalah ini dengan qoidah ‘Apakah yang lebih utama mematuhi perintah ataukah menjaga adab?’ Jika kita mengikuti pendapat kedua (menjaga adab) maka dianjurkan untuk menambahkan Sayyidina.”
Pendapat inilah (anjuran menambahkan sayyidina) yang aku condong kepadanya di dalam Syarah Irsyad atau lainnya berdasarkan peristiwa ketika Nabi Muhammad SAW datang saat itu Sayyidina Abu Bakar RA menjadi imam, maka Beliau RA mundur karena melihat Nabi saw, lalu Nabi Muhammad saw memerintahkan beliau untuk tetap di tempatnya akan tetapi Sayyidina Abu Bakar tidak mematuhi perintah itu. Selepas shalat, Nabi Muhammad Saw menayakan alasannya, dan Beliau RA mengungkapkan bahwa perbuatan beliau itu adalah bentuk menjaga adab. Beliau mengatakan:

ما كان ينبغي لابن أبي قحافة أن يتقدم بين يدي رسول الله صلى الله عليه وسلم

Tidak pantas bagi Anak Abu Quhafah (Beliau sendiri) untuk berdiri di depan Rasulullah SAW.

Nabi SAW pun mengakui pendapat ini. Ini adalah dalil terkuat bahwa menjaga adab lebih utama daripada mematuhi perintah yang diketahui bahwa perintah itu sifatnya tidak memaksa.

Kemudian aku melihat Ibnu Taimiyah berfatwa agar meninggalkan kata Sayyidina dan membahasnya panjang lebar. Dia menyebutkan pula bahwa sebagian ulama Hanabilah dan Syafiiyah menyanggahnya dan banyak juga mencelanya. Dia memang layak untuk dicela. Karena telah datang dalil-dalil yang membolehkan menambah lafad sayyidina ketika bersholawat. Di antaranya adalah ucapan Sahabat Ibnu Masud:

حسنوا الصلاة على نبيكم

Perbaguslah dalam bershalawat kepada Nabi kalian.

Beliau juga menyebutkan caranya yaitu dengan berkata:

علي سيد المرسلين

Kepadaa Sayid (pemimpin) para rasul).

DI sini disebutkan kata sayyid oleh Sahabat Ibnu Masud. Dan perkataan beliau ini sifatnya umum baik di dalam shalat ataupun di luar shalat.

Dinukilkan pula dari al Muhaqqiq, Jalaluddin al Mahali, beliau berkata: “Yang bagus adalah menjaga adab sekaligus mendatangkan apa yang diperintahkan (yaitu shalawat). Sholawat sesuai perintah beserta beradab kepada Nabi Muhammad saw bisa didapatkan dengan menyebutkan Sayyid di dalam sholawat. Dalam hadits Shahihain, Nabi Muhammad SAW bersabda:

قوموا الى سيدكم

“Berdirilah kalian untuk sayyid (pemimpin) kalian.”

Sayyid Yang Nabi Muhammad SAW maksud adalah Sahabat Saad bin Muadz, beliau menyandang titel sayyid karena keilmuannya dan agamanya.
Begitupula ucapan orang yang bershalawat:
اللهم صل على سيدنا محمد

Ya Allah limpahkan shalawat kepada junjungan kami Muhammad saw

Dengan menyebut sayyidina di dalam sholawat maka telah mendatangkan apa yang diperintah yaitu shalawat ditambah dengan menjaga adab dengan menambahkan sayyidina yang sifat nyata bagi Nabi Muhammad SAW. Pendapat ini lebih baik daripada tidak menyebutkannya, sebagaimana menjadi jelas dengan melihat hadits di atas. Meskipun Syaikh Jamaluddin al Isnawi masih ragu mengenai keafdholannya, beliau mengatakan, “Seingatku, Syaikh Izzuddin bin Abdissalam mrndasari hukum masalah ini kepada qoidah ‘Apakah yang lebih utama adalah mematuhi perintah ataukah menjaga perintah?’”

Sebagian daripada ulama yang mensyarahi Al Hawi berkata bahwa menambahkan kata sayyidina dapat membatalkan shalat. Ini adalah pendapat yang jelas-jelas salah dan harus dihindari.

Sedangkan mengenai penambahan kata Sayyidina di luar shalat, itupun masih ada yang melarangnya. Mereka berdalil dengan larangan Nabi SAW atas orang yang mengatakan kepada beliau:
انت سيدنا
Engkau adalah Sayyid (pemimpin) kami.

Dalil mereka tidak tepat.
Sebab yang diinkari Nabi Muhammad saw adalah karena pujian berlebihan yang mereka sampaikan setelah ucapan ini. Ini dibuktikan dengan sabda Nabi SAW:

قولوا بقولكم ولا تستهويكم الشيطان

Ucapkanlah perkataan kalian yang tadi dan jangan sampai Setan menyesatkan kalian
Telah shahih pula bahwa Nabi SAW menyebut dirinya dengan sayyid dalam sabdanya:

انا سيد ولد ادم

Aku Sayyid (pemimpin) keturunan Adam

Beliau juga menjuluki Sayid kepada Al Hasan. Beliau berkata:

إن ابني هذا سيد

Putraku ini adalah seorang Sayyid
Dan beliau juga menjuluki Saad dengan Sayyid. Beliau mengatakan:

قوموا الى سيدكم

Berdirilah kalian untuk sayyid (pemimpin) kalian

Mudah-mudahan catatan diatas bisa mengajarkan kita untuk selalu beradab kepada Nabi Muhammad saw.

Wallahu a’lam.
Sumber: Forsansalaf.com

Senin, 04 September 2017

ANGGOTA TUBUH ANAK Yang Perlu DiCIUM ORANGTUA

Facebook/MAJELIS TA'LIM HABIB ALI KWITANG

Bismillah..
ANGGOTA TUBUH ANAK Yang Perlu DiCIUM ORANGTUA Setiap Hari
Mari lahirkan rasa kasih dalam diri anak-anak melalui sifat ibu bapaknya yang penyayang.
Berikut ini adalah saran kami sebagai psikolog islam yang sebaiknya diamalkan setiap hari terhadap anak-anak.
CIUMAN KASIH SAYANG
1. Di ubun-ubun
menunjukkan kebanggaan orangtua terhadap anak sambil didoakan agar menjadi anak soleh/sholehah, aamiin.
2. Di dahi
menandakan orangtua redha atas keberadaan anak.
Rasulullah s.a.w mencium Fatimah radiallahu anha di dahinya.
3. Di kedua pipi
sambil mengucap masya Allah, sebagai tanda _syauq_ (perasaan sayang dan rindu) orangtua terhadap anak.
4. Di tangan anak
tanda _mawaddah wa hubb_ (kasih sayang) sambil mengucap _barakallah_, sebagaimana Rasulullah s.a.w juga selalu mencium tangan putri tercinta : Fatimah r.a.
SENTUHAN SAYANG
1. Menggosok belakang kepala anak, sebagai tanda kasih sayang dan perlindungan.
2. Menggosok atas kepala atau ubun-ubun, menunjukkan kebanggaan orangtua terhadap anak.
3. Mengusap dahi, sebagai tanda _syauq_ (perasaan sayang dan rindu) terhadap anak.
4. Kedua pipi, juga tanda _mawaddah wa hubb_ (kasih sayang)
5. Memegang kedua tangan, untuk menenangkan anak ketika perasaannya tampak kacau atau bingung.
Perhatian :
Usaplah dada anak sambil istighfar saat ia menunjukkan kecenderungan berbuat salah atau sedang marah, untuk menenangkannya.
Lakukan tindakan mawaddah warohmah ini diiringi kalimat2 thoyyibah.

Semoga bermanfaat.
# Muhasabah untuk diri sendiri
Barakallahu Fiikum