Rabu, 12 April 2017

Ahlusunahwaljamaah pecah?????

Tarim
Untuk kesekian kalinya, Departemen Pendidikan dan Dakwah Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Hadhramaut kembali mengadakan acara seminar ilmiah dengan mengangkat tema “Man hum Ahlussunnati wal Jama’ah? Wa Af’alu al-‘Ibad: Siapakah Ahlussunnah wal Jamaah? Dan Orientasi Perbuatan Seorang Hamba”. Acara kali ini berlangsung pada Jumat malam (19/2) di Auditorium Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Al-Ahgaff, Tarim, Hadhramaut, Yaman.

Seminar dengan dua tema pembahasan yang cukup berat ini sengaja mendatangkan dua narasumber yang memiliki kapabilitas dalam bidang masing-masing. Yang pertama Syekh Mukhtar Jamil seorang pakar muda dalam bidang ilmu hadits, dan kedua Habib Abdullah bin Ahmad Al-Jufri, spesialis dalam bidang ilmu teologi. Kedatangan kedua ulama muda ini merupakan satu peristiwa yang langka sekaligus kebanggaan bagi para pelajar Indonesia yang berada di Hadhramaut.

Pada awal pembahasan, Syekh Mukhtar mengatakan bahwa tujuan diskusi ini bukan untuk menebar kebencian di antara sekte-sekte keislaman yang telah ada. Ia menekankan, bahwa pertemuan ini hanya untuk mendeskripsikan serta mendudukkan suatu permasalahan pada tempatnya.

“Kami hanya ingin memberikan penamaan terhadap suatu perkara sesuai dengan kandungannya, bukan untuk menambah kebencian,” cetusnya.

Menurut Syekh Mukhtar, istilah Ahlussunnah wal Jamaah merupakan satu-satunya sekte yang beruntung dan terdiri dari satu golongan saja. Meskipun dari beberapa pandangan, Ahlussunnah wal Jamaah masih terbagi menjadi tiga bagian. Yaitu al-Muhadditsun, kelompok yang memprioritaskan dalil-dalil naqli (yang bersumber dari periwayatan) dalam pembahasan ilmu akidah. Ahlunnadzar al-Aqli, para penganut paham rasionalisme yang diperankan oleh Al-Maturidiyah dan Al-Asy’ariah. Dan yang ketiga adalah As-Sufiah, yaitu pengikut aliran sufisme. Ketika ditanya mengenai pemecahan yang terjadi pada tubuh Ahlussunnah wal Jamah sendiri, ia menandaskan bahwa hal itu tidak merusak statemen awal, bahwa Ahlussunnah wal Jamaah hanya terdiri dari satu golongan saja. Ia mencontohkan seperti satu universitas yang di dalamnya terdapat beberapa fakultas yang berbeda.

“Contoh konkretnya seperti Universitas Al-Ahgaff yang memiliki beberapa fakultas. Setiap fakultas tetap dinisbatkan terhadap Universitas Al-Ahgaff” tegasnya menambahkan.

Pada akhir penyampaiannya, Syekh yang merupakan jebolan Darul Musthafa ini menyatakan, bahwa semua empat madzhab yang ada (Hanafiah, Syafi’iah, Malikiah, dan Hanabilah) merupakan penganut paham Ahlussunnah wal Jamaah. “Setiap al-Madzahib al-Arba’ah (empat madzhab) termasuk dari paham Ahlussunnah wal Jamaah,” tuturnya.

Beralih terhadap tema pembahasan yang kedua, yaitu orientasi pekerjaan seorang hamba, Habib Abdullah bin Ahmad Al-Jufri tampil sebagai pembicara. Ulama muda yang merupakan santri Syekh Said Fudah ini sangat cekatan dalam penyampaiannya. Pertama-tama ia menyuguhkan perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan ulama Ahlussunnah wal Jama`ah dan ulama Mu`tazilah perihal “perbuatan makhluk dan kaitannya dengan kehendaknya sendiri”, dikemukakan di dalamnya dalil-dalil yang menjadi landasan para ulama Ahlussunnah dan Mu`tazilah dalam berhujjah. Tidak hanya itu, ia juga menyampaikan perbedaan pendapat secara internal yang terjadi di kalangan ulama Ahlussunnah itu sendiri.

Pembicaraan yang cukup memeras otak para peserta seminar itu ia tutup dengan menukil perkataan Imam Abdullah Al-Haddad dalam bait-baitnya yang terkenal, yang artinya: “Dan hanya dengan taufiq Allah lah semuanya bisa melakukan ketaatan, maka mohonlah kepada Nya taufiq itu untukmu”.
NU ONLINE

Rabu, 05 April 2017

Uwais Al Qarni. Kelangit karna Ibu

Di Yaman, tinggallah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaanIbunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan."Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya.Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandusyang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi haji naik lembu. Ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendonglembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah!Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf diKa'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah.Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kataUwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran.Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."Subhanallah, itulah keingananUwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? Itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utamaRasulullah SAW untuk mengenali Uwais.Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan, "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua.""Sesung
guhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)."(HR. Bukhari dan Muslim)Riwayat Uwais Al-QorniPemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorangyang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mataibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarniseringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah.Mereka telah bertemu denganNabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cederadan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni.Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau daridekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemuiRasulullah di Madinah.Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”Betapa gembiranya hati UwaisAl-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya
, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.Uwais Ai-Qarni Pergi ke MadinahSetelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya.Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais.Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang ditelinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkatmengay
unkan langkahnya dengan perasaan amat haru.Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakankepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun.Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehinggaia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra danUmar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba danunta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongankalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka.Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka,dia sedang menjaga unta-untamereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifahUmar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Alira sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia barudapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'adan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkatakepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datangkesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Ketika Uwais Al-Qarni WafatBeberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang kerahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya.Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan,luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan UwaisAl-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia.

Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah

disabdakan oleh Nabi saw,

bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.