Senin, 05 Desember 2016

Makna "SANTRI" (Oleh habib lutfi bin yahya)

Pada penutupan pengajian Ramadhan tahun ini (01/07/2016),
dilakukan pembacaan khataman al-Quran bersama dan pembacaan Maulid Simthud Durar. Maulana Habib Luthfi bin Yahya yang baru tiba dari Jakarta, kemudian menghadiri penutupan pengajian. Beliau menanyakan materi yang ditanyakan oleh peserta dari diskusi-diskusi sebelumnya.

Dalam penjelasannya, Maulana Habib Luthfi menekankan pentingnya membaca kitab-kitab sejarah dan mempeluas bacaan, bukan hanya kitab fiqh, tauhid, tasawuf tetapi juga ilmu antropologi bahkan kitab-kitab kedokteran sekalipun. "Santri bukan hanya memahami ilmu agama, itu pokok, asas, tetapi santri juga bertanggungjawab untuk memajukan masyarakat dengan mengembangkan perekonomian, pertanian juga kesejahteraan masyarakat, khususnya umat Nabi Saw."

"Bab al-miyah, air dalam kitab fiqh harusnya jangan hanya berputar soal ada tujuh macam air, tetapi harusnya ditanyakan apa manfaat dan perbedaan kandungan air itu. Sehingga hasilnya bermanfaat untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat dengan memanfaatkan perbedaan kandungan air untuk meningkatkan hasil pertanian," ujar Habib Luthfi kemudian.

"Dengan demikian, pesantren juga harus punya laboratium. Jangan semua santri berpikir membangun pondok pesantren yang besar, tetapi juga harus ada santri-santri yang mempunyai gagasan membangun mall yang besar, rumah sakit dan perguruan tinggi yang berkualitas. Namun demikian kita tetap harus berpegang pada ajaran Rasulullah Saw. dan salafuna ash-shaleh. Baju boleh mengikuti sunnah Nabi Saw., tapi berpikir harus maju. Karena kemajuan itu bukan pada masalah pakaian tapi soal pola pikir," tandasnya.

Maulana Habib Luthfi juga mengingatkan agar menjaga kerukunan antar umat beragama dengan menghormati pemeluk agama lain, selama semuanya sesuai dengan tata aturan yang dicanangkan negara. Beliau juga mencontohkan bagaimana Sayyidina Umar setelah perang Qadisiyah masuk ke gereja dan shalat di halaman gereja setelah diijinkan oleh pendeta untuk shalat di dalam gereja. Kita tidak perlu seperti itu, namun pelajarannya adalah bahwa toleransi dan saling menghormati adalah niscaya untuk terjaganya keutuhan bangsa ini.

Hal lain yang menjadi perhatian Maulana Habib Luthfi bin Yahya, hendaknya santri menghormati semua ulama dengan segala kekhasan, pemikiran dan keteladanannya masing-masing. Kata beliau, "Ulama itu pewaris Nabi, bukan pewaris kalian. Koq malah mau ngatur ulama. Santri harus menjunjung semua ulama bukan malah mengatur dan menilai beliau semua."

Demikian diantara penjelasan Maulana Habib Luthfi bin Yahya pada pertemuan terakhir pengajian bulan Ramadhan (Pasaran) tahun ini, 1347 H. Tahun depan akan dilanjutkan kitab Tafsir al-Jalalain dari surat an-Nisa dan kitab Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari jilid 2. Sebagian santri pulang ke kampung halamannya masing-masing pada esok hari, dan sebagiannya lagi akan mengikuti pembagian beras zakat dan sedekah sebanyak 70 ton dan pulangnya setelah Hari Raya Idul Fithri. Sampai bertemu di Ramadhan mendatang, fi 'aunillah wa amanillah bijahi Rasulillah Saw. Amin.

(A. Tsauri/Ibj).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar