Senin, 30 Januari 2017

Malaikat bingung???

Malaikat bingung dengan sholawat??

Rosululloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam bersabda:

“Disaat aku tiba di langit di malam Isro’ Mi’roj, aku melihat satu malaikat memiliki 1000 tangan. Di setiap tangan ada 1000 jari, aku melihatnya menghitung jarinya satu persatu.
Aku bertanya kepada Jibril Alaihis Salam, pendampingku,
‘Siapa gerangan malaikat itu, dan apa tugasnya?.’
Jibril Alaihis Salam berkata,
Sesungguhnya dia adalah malaikat yang diberi tugas untuk menghitung tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi.
Rosululloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya kepada malaikat tadi,
‘Apakah kamu tahu berapa bilangan tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi sejak diciptakan Adam Alaihis Salam ?’.
Malaikat itupun berkata, ‘Wahai Rosulalloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam, demi yang telah mengutusmu dengan hak (kebenaran), sesungguhnya aku mengetahui semua jumlah tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi dari mulai diciptakan Adam Alaihis Salam sampai sekarang ini, begitu pula aku mengetahui jumlah tetetas yang turun ke laut, ke darat, ke hutan rimba, ke gunung-gunung, ke lembah-lembah, ke sungai-sungai, ke sawah-sawah dan ke tempat yang tidak diketahui manusia”
Mendengar uraian malaikat tadi,
Rosululloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam sangat takjub dan bangga atas kecerdasannya dalam menghitung tetesan air hujan.
Kemudian malaikat tadi berkata kepada beliau :
“Wahai Rosulalloh, walaupun aku memiliki seribu tangan dan sejuta jari dan diberikan kepandaian dan keulungan untuk menghitung tetesan air hujan yang yang turun dari langit ke bumi, tapi aku memiliki kekurangan dan kelemahan”.
Rosulalloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam pun bertanya,
“Apa kekurangan dan kelemahan kamu?.
Malaikat itupun menjawab, “kekurangan dan kelemahanku, wahai Rosulalloh,
Jika umatmu berkumpul di satu tempat,
mereka menyebut namamu lalu BERSHOLAWAT atasmu,
pada saat itu aku tidak bisa menghitung berapa banyaknya pahala yang diberikan Alloh Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka atas sholawat yang mereka ucapkan atas dirimu”.
مَن صلَّى عليَّ صلاةً واحدةً ، صَلى اللهُ عليه عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وحُطَّتْ عنه عَشْرُ خَطياتٍ ، ورُفِعَتْ له عَشْرُ دَرَجَاتٍ
“Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali
maka Allah akan bershalawat baginya sepuluh kali,
dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya,
serta ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak)”’
[HR an-Nasa’i (no. 1297), Ahmad (3/102 dan 261), Ibnu Hibban (no. 904) dan al-Hakim (no. 2018), dishahihkan oleh Ibnu Hibban, al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi, juga oleh Ibnu hajar dalam “Fathul Baari” (11/167)] via serambimata.com
Gusdurfiles.com

Senin, 16 Januari 2017

Resep Agar solat khusyu'

Resep Agar Bisa Khusyu’ ”
Seorang bertanya pada Sayyidil Habib Umar bin Hafidz, “Bagaimana agar kita bisa khusyu’?”

Sayyidil Habib Umar bin Hafidz menjawab: ”
Seseorang di katakan khusyu’ jika memenuhi 6 kriteria, yaitu:

1. (Hudurul Qolb) Hadirnya hati
hadirnya hati harus di latih terus-menerus, bila hati kemana-mana paksa untuk kembali lagi, Insya Allah , hati akan terbiasa hudhur

2. (Tafahhumul Ma’ani) Memahami arti atas apa yang kita katakan dan kita sedang lakukan

3. (Al ijlal watta’dzhim ) Adanya rasa mengagungkan dan memulyakan kepada Allah SWT.  Terkadang kita hadir hati, mengetahui arti, tapi tanpa pengagungan hal ini seperti seseorang yang memahami perkataan anak kecil yaitu tidak terlalu menghiraukannya

4. (Al ijlal watta’dzhim ma’al Haibah) Hendaknya rasa memulyakan dan pengagungan tadi di iringi dengan rasa haibah (kewibawaan).

Haibah: Rasa takut yang timbul karena rasa
mengagungkan. Takut sholat kita tidak di terima oleh Allah

5. ar-Roja’: Kuatnya harapan bahwa sholat kita di terima oleh Allah juga menjadi sebab dekatnya kita pada allah serta mengharapkan mendapat balasan yang agung

6. Haya’: Adanya rasa malu bahwasannya kita tidak menunaikan hak Allah dengan semestinya.

Kemudian Habib Umar mengatakan, “Jika enam kriteria ini terdapat padamu maka sholatmu bisa di katakan sholat yang khusyu’.”

Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq kepada kita sehingga bisa mengamalkan resep yang ada di atas ini.

Mudah-mudahan Allah menjadikan kita orang-orang yang khusyu’ dalam sholat..aamiin

oleh hamba Allah
Wallahu`alam
“Allahumma shalli alaa ruuhi sayyidina muhammadin fil arwah, wa ‘ala Jasadihi filajsaad, wa alaa Qabrihi
filqubuur”
santri.net

Rabu, 11 Januari 2017

Kenali Alloh atau??

                          KENALI ALLOH SWT
Jika kamu membenci orang
karena dia tidak bisa membaca al-Qur'an, berarti yang kamu pertuhankan itu bukan Allah, tapi AL -QURAN

Jika kamu memusuhi orang yang berbeda
Agama dengan kamu, berarti yang kamu
pertuhankan itu bukan Allah, tapi AGAMA.

Jika kamu menjauhi orang yang melanggar moral, berarti yang kamu pertuhankan bukan Allah, tapi  MORAL.

Maka Pertuhankanlah Allah, bukan yang lainnya.......

Dan pembuktian bahwa kamu mempertuhankan Allah, kamu harus menerima semua makhluk.
Karena begitulah Allah S.W.T

                          Gus Dur

meme islami.com

Selasa, 10 Januari 2017

mati rapopo

                Mati rapopo
Jika wafatnya saya lebih membawa manfaat, maka saya lebih memilih wafat. Allah SWT Maha Mampu membuat seribu orang yang lebih baik dari hamba untuk membimbing ummat.
~ Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa

Selasa, 03 Januari 2017

Arti Orang Berteriak

Kenapa Orang Berteriak Ketika Marah?

Seorang Syeikh berjalan dengan para muridnya, mereka melihat ada sebuah keluarga yang sedang bertengkar, dan saling berteriak.

Syeikh tersebut berpaling kepada muridnya dan bertanya : “Mengapa orang saling berteriak jika mereka sedang marah?”.
Salah satu murid menjawab : “Karena kehilangan sabar, makanya mereka berteriak.”
“Tetapi , mengapa harus berteriak kepada orang yang tepat berada di sebelahnya?
Bukankah pesan yang ia sampaikan, bisa ia ucapkan dengan cara halus ?”. Tanya sang Syeikh menguji murid-muridnya.
Muridnya pun saling beradu jawaban, namun tidak satu pun jawaban yang mereka sepakati.
Akhirnya sang Syeikh berkata : “Bila dua orang sedang marah, maka hati mereka saling menjauh. Untuk dapat menempuh jarak yang jauh itu, mereka harus berteriak agar perkataannya dapat terdengar. Semakin marah, maka akan semakin keras teriakannya. Karena jarak kedua hati semakin jauh”.
“Begitu juga sebaliknya , di saat kedua insan saling jatuh cinta?” lanjut sang Syeikh.
“Mereka tidak saling berteriak antara yang satu dengan yang lain. Mereka berbicara lembut karena hati mereka berdekatan. Jarak antara ke 2 hati sangat dekat.”

“Bila mereka semakin lagi saling mencintai, apa yang terjadi?”, Mereka tidak lagi bicara. Mereka Hanya berbisik dan saling mendekat dalam kasih-sayang. Pada akhirnya , mereka bahkan tidak perlu lagi berbisik. Mereka cukup hanya dengan saling memandang. Itu saja. Sedekat itulah dua insan yang saling mengasihi.”

Sang Syeikh memandangi muridnya dan mengingatkan dengan lembut : “Jika terjadi pertengkaran diantara kalian, jangan biarkan hati kalian menjauh. Jangan ucapkan perkataan yang membuat hati kian menjauh. Karena jika kita biarkan, suatu hari jaraknya tidak akan lagi bisa ditempuh”….

~Habib Taufiq Assegaf

?

Kalau ranting dipahami secara pohon, ruwetlah kehidupan. Kalau mahdloh dinilai sebagai muamalah, silang sengkarutlah kehidupan beragama. Kalau kasus lokal tidak diketahui konteks nasional dan latar belakang globalnya, bertengkar-tengkarlah rakyat suatu negara. Kalau tokoh-tokoh ummat manusia tidak mampu memilah antara lautan dengan ombak, antara Kitab Suci dengan tafsir, antara Tuhan dengan berhala, antara api dengan panas, antara gula dengan manis, antara manusia dengan kemanusiaan, antara fungsi dengan robot, dan seribu macam ketidakpahaman yang lain, maka sesungguhnya peradaban sedang bergerak menuju jurang untuk bunuh diri bersama-sama.
Cak nun